Saturday, November 30, 2013

laporan praktikum biologi



LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR 1
KERAGAMAN DAN KEANEKARAGAMAN SERTA
DASAR-DASAR KLASIFIKASI





Disusun Oleh :
1.     Muhammad Irma Sunu D       (13312241042)
2.     Sarah Rahmawati                    (13312241043)
3.     Annisa Suminar                      (13312241046)
4.     Masrifatun Ngaisah                 (13312241050)
5.      Dea Dimyathi Agus P             (13312241064)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2013
DAFTAR ISI
COVER…………………………………………………………………………………….…i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………....ii
A.      Judul………………………………………………………………………………….….1
B.       Tujuan…………………………………...……………………………………….……...1
C.       Dasar Teori…………………………………...…………………………………….…...1
D.      Metode Praktikum...........................................................................................................
E.       Hasil Kegiatan …………………………………...……………………………………...
F.        Pembahasan…………………………………...…………………………………….…..
G.      Kesimpulan…………………………………...…………………………………….…...
DAFTAR PUSTAKA…………………………………...……………………………….......
LAMPIRAN………………………………………………………………………………….


















A.       JUDUL
Kegiatan 3 :
Menemukan keragaman dan keanekaragaman intra dan inter spesies
Kegiatan 4 :
Dasar-dasar  klasifikasi makhluk hidup
B.       TUJUAN
Kegiatan 3 :
1.    Menginventarisasi karakter morfologi individu-individu penyusun populasi.
2.    Melakukan observasi ataupun pengukuran terhadap parameter-parameter yang terinventarisasi.
3.    Membandingkan ciri morfologi suatu individu dengan individu lainnya dalam subpopulasi (subspesies) yang sama.
4.    Membandingkan ciri morfologi suatu individu dengan individu lainnya dalam subspesies yang sama (spesies yang sama).
5.    Membandingkan ciri individu antar spesies.
Kegiatan 4 :
1.    Mengidentifikasi dasar-dasar yang dapat digunakan dalam pengklasifikasian.
2.    Mengelompokkan (klasifikasi) secara dikotomi berdasarkan ciri morfologi.
3.    Mengidentifikasi pola persamaan dan perbedaan dalam suatu kelompok hasil klasifikasi berdasarkan takson.
C.       DASAR TEORI
1.    Keanekaragaman
Keanekaragaman hayati merupakan ungkapan pernyataan terdapatnya berbagai macam variasi, bentuk, penampilan, jumlah dan sifat yang terlihat pada berbagai tingkatan persekutuan makhluk, yaitu tingkatan ekosistem, tingkatan jenis, dan tingkatan genetika. (Sastrapradja: 1989). Keanekaragaman ditunjukkan dengan persamaan dan perbedaan ciri yang terdapat diantara makhluk satu dengan yang lainnya, pada semua tingkat organisasi kehidupan mulai dari tingkat molekul sampai pada tingkat komunitas.
Keanekaragaman hayati (biodiversitas) adalah keanekaragaman organisme yang menunjukkan keseluruhan variasi gen, jenis, dan ekosistem pada suatu daerah. Keanekaragaman hayati melingkupi berbagai perbedaan atau variasi bentuk, penampilan, jumlah, dan sifat-sifat yang terlihat pada berbagai tingkatan, baik tingkatan gen, tingkatan spesies, maupun tingkatan ekosistem. Gampangnya, keanekaragaman hayati adalah semua jenis perbedaan antar mahkluk hidup. (Wikipedia.com)
Untuk memudahkan pemahaman mengenai keanekaragaman hayati, wilson (1988) membaginya menjadi 3 taraf yang saling berkaitan, yaitu:

a.    Keanekaragaman tingkat ekosistem
Keanekaragaman tingkat ekosistem adalah variasi makhluk hidup dalam sebuah ekosistem. Keanekaragaman ekosistem ini terjadi karena adanya keanekaragaman gen dan keanekaragaman jenis (spesies). Ekosistem terbagi atas
-          Ekosistem hutan
-          Ekosistem rawa gambut dan air tawar
-          Ekosistem sungai dan danau
-          Ekosistem hutan dataran rendah dan tinggi
-          Ekosistem gunung dan gua
Contoh keanekaragaman ekosistem misalnya pohon kelapa banyak tumbuh di daerah pantai, pohon aren tumbuh di pegunungan, sedangkan pohon palem dan pinang tumbuh dengan baik di daerah dataran rendah.
b.    Keanekaragaman tingkat jenis
Keanekaragaman tingkat jenis adalah keanekaragaman yang ada pada makhluk hidup yang berbeda jenis. Keanekaragaman tingkat jenis dapat diamati melalui sifat fisiknya. Contohnya adalah Keanekaragaman antara jenis kucing. diantara mereka terdapat perbedaan-perbedaan sifat yang mencolok. Misalnya ukuran tubuh, kebiasaan hidup (liar dan rumahan), bentuk kulit seta corak yang berbeda antara yang satu dengan yang lain.
c.    Keanekaragaman tingkat gen
Keanekaragaman tingkat gen adalah keanekaragaman yang ada pada individu sejenis. Perbedaannya meliputi bentuk dan ukuran tubuh. Keanekaragaman ini disebabkan oleh pengaruh perangkat pembawa sifat yang disebut dengan gen. Semua makhluk hidup dalam satu spesies/jenis memiliki perangkat dasar penyusun gen yang sama.walaupun perangkat dasar penyusunnya sama, tetapi susunannya berbeda-beda bergantung pada masing-masing induknya karena gen  diturunkan dari induk/orang tua kepada keturunannya. Contohnya adalah ayam kampung, hutan, ayam ras, dan lain-lain. Dengan kata lain, tidak ada dua individu yang sama persis.
Ada dua faktor penyebab keanekaragaman, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu gen dan faktor eksternalnya adalah lingkungan. Makhluk hidup akan beradaptasi dengan lingkungannya agar ia bisa bertahan hidup. Adaptasi ini menjadi salah satu penyebab adanya keanekaragaman makhluk hidup.
2.    Dasar-dasar klasifikasi makhluk hidup
Banyaknya variasi diantara satu makhluk dengan lainnya, maka diperlukan usaha penyederhanaan dengan cara pengelompokan (klasifikasi). Klasifikasi pada hakekatnya adalah upaya untuk menyederhanakan keanekaragaman organisme yang besar menjadi kelompok organisme lebih kecil agar dapat dikenali dan dipelajari dengan mudah. Beberapa individu yang seragam dikelompokkan dalam satu golongan. Beberapa golongan yang seragam dikelompokkan menjadi satu golongan yang tingkatannya lebih tinggi. Semakin banyak persamaan ciri yang dimiliki (pada semua tingkat organisasi) dianggap semakin dekat hubungan kekerabatannya, dan sebaliknya.
Tingkat-tingkat golongan yang umum dikenal adalah sebagai berikut.
-       Spesies
-       Genus
-       Familia
-       Ordo
-       Kelas
-       Divisio (tumbuhan) dan filum (selain tumbuhan)
-       Kingdom (tambah tabel yang ada direferensi)
Ilmu yang mempelajari tentang klasifikasi makhluk hidup adalah taksonomi. Ada 2 sistem klasifikasi, yaitu sistem aristoteles dan sistem natural.
1)      Sistem Artifisial
Sistem ini dianut oleh Aristoteles. Aristoteles adalah orang pertama yang membuat taksonomii hewan dan tumbuhan. Caranya membuat klasifikasi makhluk menjadi pedoman dalam kurun waktu 2000 tahun. Dia mengelompokkan mahkluk hidup kedalam dua grup besar, yaitu hewan dan tumbuhan. Tumbuhan diklasifikasikan sebagai herba, semak, pohon. Sedangkan hewan diklasifikasikan berdasarkan habitatnya.
2)      Sistem Natural
Pada abad ke-18, muncullah bapak sistematik terbesar dunia kedua yaitu Carolus Linnaeus. Karyanya berjudul “systema Naturae” dengan edisi I terbit tahun 1735. Carolus Linnaeus mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan sifat fisik yang dimiliki.
Pedoman klasifikasi modern ada 3, yaitu:
-          Anatomi-morfologi populasi
-          Susunan genetis populasi
-          Ekologi

a.    Kunci Dikotomi
Makhluk hidup yang beranekaragam mendorong terciptanya sebuah sistem pengelompokan (klasifikasi) untuk mempermudah dalam mengenali dan mempelajari makhluk hidup. Klasifikasi makhluk hidup didasarkan pada persamaan dan perbedaan ciri yang dimilik makhluk hidup. Salah satu cara mengklasifikasikan makhluk hidup yakni dengan menggunakan kunci dikotomi. Kunci dikotomi adalah suatu alat untuk mengkategorikan suatu makhluk hidup kedalam beberapa kategori melalui identifikasi struktur makhluk hidup tersebut. Kunci dikotomi mengandung dua atau tiga pernyataan yang berlawanan berhubungan dengan ciri tertentu. Penggunaan kunci determinasi pertama kali diperkenalkan oleh Carolus Linnaeus
Ada 3 macam kunci dikotomi berdasarkan cara penyusunannya, yaitu:
1)      Kunci perbandingan
Kunci perbandingan ini dapat berupa tabel, kartu berlubang atau kunci Leenhouts. Kunci leenhouts sebenarnya adalah penyempurnaan dari kunci tabel dan kunci kartu berlubang. Karena kunci tabel dan kunci kartu berlubang besar dan sulit untuk diterbitkan, muncullah kunci padat atau kunci sinopsis atau kunci Leenhouts. Kunci Leenhouts pada dasarnya memuat sifat dan ciri serta nomor takson.
2)      Kunci Analisis
Kunci analisis terdiri berbentuk bait. Setiap baitnya, terdiri dari dua pernyataan yang sangat kontras/berlawanan. Pada tiap baitnya terdapat nomor dan untuk membedakan pernyataan satu dengan yang lain maka diberi tanda berupa huruf. Pada akhirnya, hanya akan ada 1 angka dan 1 huruf sehingga bisa ditentukan taksonominya. Kunci analisis dibedakan menjadi 3, yaitu kunci paralel, bertakik dan sinopsis.
b.    Morfologi
Morfologi dipakai oleh berbagai cabang ilmu. Secara harafiah, morfologi berarti 'pengetahuan tentang bentuk' (morphos). Morfologi adalah ilmu bahasa yang mempelajari mengenai pembentukan kata. Morfologi (biologi), ilmu yang mempelajari tentang bentuk organisme, terutama hewan dan tumbuhan dan mencakup bagian-bagiannya.(Wikipedia.com). Morfologi pada tumbuhan itu bermacam-macam. Salah satunya adalah morfologi tentang daun dan batang yang dimiliki tumbuhan.
Daun merupakan suatu bagian tumbuhan yang sangat penting dan pada umumnya  tiap tumbuhan mempunyai sejumlah besar daun. Bagian-bagian daun adalah sebagai berikut :  Upih daun,  tangkai daun dan heleaian daun. Daun bisa dibedakan dengan berbagai macam cara. Salah satunya yaitu warna, bentuk pangkal daun, susunan tulang-tulang daun,bentuk daun, bentuk tepi dau, dan ujung daun.
Bentuk daun memiliki berbagai macam variasi sebagai contoh adalah bentuk bulat, bangun perisai, jorong, memanjang, bangun lanset dan masih banyak yang lain. Salah satu contoh untuk bagian ujung daun adalah runcing, meruncing, tumpul membulat, rompanng, terbelah dan berduri. Dan contoh dari pangakal daun adalah sebagai berikut runcing, meruncing, tumpul, membulat, romping dan berlekuk. Salah satu contoh dari susunan dari bentuk tulang-tulang daun adalah sebagai berikut menyirip, menyebar, bertulang menjari, melengkung dan sejajar. Dan contoh untuk percobaan adalah sebagai berikut berpita rata, bergerigi, brgerigi ganda, bergerigi, beringgit dan berombak.(Gembong)
c.    Klasifikasi
Klasifikasi adalah penyusunan bersistem dl kelompok atau golongan menurut kaidah atau standar yg ditetapkan.

D.       METODE PRAKTIKUM
1.        Tempat dan Waktu Praktikum
Tempat        : Depan Laboratorium Biologi dan Kebun Biologi, FMIPA, UNY
Waktu         : Kamis, 3 Oktober 2013 pukul 13.30 WIB
2.        Alat dan Bahan
Kegiatan 3
Alat             : Mistar/ Penggaris
Bahan         : Tumbuhan (Daun)
Kegiatan 4
Alat             : Mistar/Penggaris
Bahan         : Organ Daun Tanaman di Lingkungan Sekitar
3.        Langkah Kerja
Menentukan satu populasi tumbuhan atau hewan yang terdiri atas 10 atau lebih  individu.

Kegiatan 3 :




Menginventarisasai parameter – parameter pada individu – individu tersebut yang dapat diobservasi ciri morfologinya ataupun dapat diukur.

Mencatat hasil observasi atau pengukuran ke dalam tabel.

Membandingkan hasil observasi antar individu sesama nggota populasi tersebut.
Mengobservasi atau mengukur parameter – parameter yang dimiliki individu – individu tersebut.

 
















Membandingkan hasil observasi antar individu sesama anggota populasi tersebut.

Merumuskan simpulan mengenai ada atau tidaknya perbedaan-perbedaan individu dalam populasi yang sama, antar populasi ataupun antara hewan dan tumbuhan.

 








Kegiatan 4 :
Menempatkan keseluruhan daun pada sebuah meja.

Melakukan pemisahan dan pengelompokan ini langkah demi langkah (dengan dasar tertentu) untuk setiap langkah terus menerus hingga tidak mampu lagi membuat kelompok yang lebih kecil lagi.

Mencatat hasil pemisahan atau pengelompokan dalam bentuk skema.

Menarik kesimpulan berdasarkan kegiatan ini

Membaca kedudukan taksonomik masing-masing indiividu menurut hasil klasifikasi dan membandingkan dengan hasil.

Mencoba membuat pengelompokan berdasarkan kesamaan ciri tertentu.

 


























E.       HASIL KEGIATAN
Kegiatan 3 :

No
Nama populasi
Parameter/ susunan observasi
Individu ke-
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
Sekelompok tumbuhan Florida beauty
Warna daun
Hijau tua dengan bintik hijau muda
Hijau tua dengan bintik hijau muda
Hijau tua dengan bintik hijau muda
Hijau tua dengan bintik hijau muda
Hijau tua dengan bintik hijau muda
Hijau tua dengan bintik hijau muda
Hijau tua dengan bintik hijau muda
Hijau tua dengan bintik hijau muda
Hijau tua dengan bintik hijau muda
Hijau tua dengan bintik hijau muda
Tinggi batang (cm)
130
150
200
180
175
155
160
140
150
165
2
Sekelompok tumbuhan Sansivera
Warna daun
Hijau tua selang seling hijau muda
Hijau tua selang seling hijau muda
Hijau tua selang seling hijau muda
Hijau tua selang seling hijau muda
Hijau tua selang seling hijau muda
Hijau tua selang seling hijau muda
Hijau tua selang seling hijau muda
Hijau tua selang seling hijau muda
Hijau tua selang seling hijau muda
Hijau tua selang seling hijau muda
Panjang daun (cm)
12
13
22
21
24
23
20
20
17
20
3
Sekelompok pohon pepaya
Warna daun
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Bentuk daun
Majemuk menjari
Majemuk menjari
Majemuk menjari
Majemuk menjari
Majemuk menjari
Majemuk menjari
Majemuk menjari
Majemuk menjari
Majemuk menjari
Majemuk menjari
4
Sekelompok tumbuhan Melati air
Bentuk tulang daun
Bertulang melengkung
Bertulang melengkung
Bertulang melengkung
Bertulang melengkung
Bertulang melengkung
Bertulang melengkung
Bertulang melengkung
Bertulang melengkung
Bertulang melengkung
Bertulang melengkung
Warna daun
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
5
Sekelompok tumbuhan Euphorbia
Warna daun
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Panjang daun (cm)
8
9,9
12,9
12,4
12,4
10,4
12,4
7,3
6,2
5

Kegiatan 4 :

Daun
Pangkal daun
Ujung daun
Tulang daun
Bentuk daun
Tepi daun
1
berlekuk
meruncing
Bersatu dengan tulang cabang  lain
Bangun jantung

2
Tumpul
meruncing
Mencapai  tepi daun
bulat

3
Runcing
tumpul
Bersatu dengan  tulang cabang lain
jorong

4
Tumpul
meruncing
Bersatu dengan  tulang cabang lain
jorong

5
berlekuk
membulat
Mencapai  tepi daun
bulat
Bergerigi
6
Tumpul
tumpul
Menyirip
jorong
Rata
7
runcing
meruncing
Melengkung
jorong
Rata
8
Rata/rumpang
tumpul
Melengkung
Bangun perisai
Rata
9
tumpul
runcing
Bersatu dengan tulang cabang lain
memanjang
Berombak




F.        PEMBAHASAN
KEGIATAN 3
Pada kegiatan 3 ini, praktikan di harapkan mampu menginventarisasikan karakter morfologi individu-individu penyusun populasi, melakukan observasi ataupun pengukuran terhadap parameter-parameter yang terinventerisasikan, membandingkan ciri morfologi suatu individu dengan individu lainnya dalam subpopulasi (subspesies) yang sama, membandingkan ciri morfologi suatu individu dengan individu lainnya dalam subspesies yang sama (spesies yang sama), serta membandingkan ciri morfologi antar spesies.
Berdasarkan  pengamatan  yang kami lakukan pada hari kamis, tanggal 3 Oktober 2013 bertempat di depan laboraturium Biologi dan kebun Biologi FMIPA UNY, pada pukul 13.30, kami mendapatkan hasil berupa 5 jenis daun dari 5 jenis tumbuhan yang berbeda. Kami beri nama tumbuhan A1 untuk jenis individu pertama , tumbuhan A2 untuk jenis tumbuhan 2, dan seterusnya sampai A(n) untuk individu ke-n. Serta B1 untuk jenis tumbuhan kedua, individu pertama, dan seterusnya sampai X(n) untuk tumbuhan ke X dan individu ke n. Dalam praktikum pada kegiatan 3 ini, kami hanya mengamati objek biologi berupa tumbuhan, sehingga keseluruhan data yang diidentifikasi sebanyak 5 jenis tumbuhan yang berbeda (masing-masing 10 individu).
Berdasarkan hasil pengamatan pada daun-daun yang telah praktikan amati, praktikan menginventarisasi 5 jenis daun tumbuhan  yang berbeda dengan karakter morfologi individu-individu penyusun populasi berupa parameter-parameter yang di jadikan sebagai dasar mempelajari keragaman dan keanekaragaman makhluk hidup. Parameter-parameter tersebut antara lain warna daun, panjang daun, bentuk daun, dan bentuk tulang daun. Khusus untuk tumbuhan A, praktikan menggunakan panjang batang sebagai parameter.
Bentuk atau bangun daun (Circumscriptio) dapat digolongkan berdasarkan letak bagian daun yang terlebar karena mengingat macam-macam bangun daun karena banyaknya modifikasi yang menimbulkan keperluan untuk menciptakan penamaan yang tepat dengan kaidah yang umum dianut sehingga dari deskripsinya dapat dikenal bentuk daun. Selain menggunakan istilah-istilah atau kata-kata yang lazim dipakai untuk menyatakan bentuk suatu benda, misalnya bulat, segitiga, dan lain-lain, Dalam menyebut bangun daun seringkali kita carikan persamaan bentuknya dengan bentuk benda-benda lain, misalnya: bangun tombak, bangun anak panah, bangun perisai, dan lain-lain.(Gembong Tjitrosoepomo,  1985:22)            
Panjang daun pada pengamatan ini di ukur dari ujung daun sampai pangkal daun dengan menggunakan mistar dengan ketelitian 0,1 cm. Selain itu, parameter lain yang praktikan inventarisasi berupa bentuk daun, hal yang perlu diingat, bahwa dalam menentukan bangun daun kita tidak boleh terpengaruh oleh adanya toreh-toreh atau lekuk-lekuk pada tepi daun, melainkan harus dibayangkan seakan-akan toreh-toreh tadi tidak ada. (Gembong Tjitosoepomo, 1985:22)
Jika kita memperhatikan daun berbagai macam tumbuhan akan terlihat bahwa, ada diantaranya yang: pada tangkai daunnya hanya terdapat satu helain daun saja. Daun yang demikian dinamakan daun tunggal (folium simplex), tangkainya bercabang-cabang, dan baru pada cabang tangkai ini terdapat helaian daunnya, sehingga disini pada satu tangkai terdapat lebih dari satu helaian daun. Daun dengan susunan yang demikian disbut daun majemuk (folium compositum). (Gembong Tjitrosoepomo, 1985:49)
Menurut susunan anak daun pada ibu tangkainya, daun majemuk dapat dibedakan dalam dua golongan, yaitu:
1.    Daun majemuk menyirip (pinnatus), jika anak daun tersusun seperti sirip pada kan kiri ibu tangkainya,
2.    Daun majemuk menjari (palmatus)
3.    Daun majemuk bngun kaki (pedatus)
4.    Daun majemuk campuran (digitato pinnatus)
(Gembong Tjitrosoepomo, 1985:53)
Parameter selanjutnya adalah warna daun, walaupun umum telah maklum, bahwa daun itu biasanya berwarna hijau, tetapi tak jarang pula kita jumpai daun yang warnanya tidak hijau, lagi pula wrna hijau pun dapat memperlihatkan banyak variasi atau nuansa. Sebagai contoh dapat a.l. disebut daun yang berwarna:
-       Merah, misalnya daun bunga buntut bajing (Acalypa welkisiana M.Arg.)
-       Hijau bercampur atau tertutup warna merh, misalnya: bermacam-macam daun puring (Codiaeum variegatium BI,),
-       Hijau tua misalnya daun nyamplung (Colophyllum inophyllum L.)
-       Hijau kekuningan, misalnya daun tanaman guni (Corchorus capsularis L.)
Perlu di catat, bahwa dalam menyebut warna daun sangat besar pengaruh seseorang, mengingat mengenai warna tidak ada ukuran yang obyektif, lagi pula warna daun suatu jenis tumbuhan dapat berubah menurut keadaan tempat tumbuhnya dan erat sekali hubungannya dengan persediaan air dan makanan serta penyinaran. (Gembong Tjitrosoepomo, 1985:48)
Parameter selanjutnya adalah bentuk tulang daun. Tulang-tulang daun adalah bagian yang berguna untuk , seperti pula halnya pada dengan tulang-tulang pada hewan dan manusia, oleh sebab itu, seluruh tulang-tulang pada daun dinamakan pula rangka daun (sceleton). Disamping sebagai penguat, tulang-tulang daun itu sesungguhnya adalah berkas-berkas pembuluh yang berfungsi sebagai jalan untuk pengangkutan zat-zat. (Gembong Tjitrosoepomo,1985:35)
Untuk dapat membandingkan ciri-ciri morfologi suatu individu dengan individu lainnya dalam subpopulasi (subspesies) yang sama dan membandingkan ciri morfologi suatu individu dengan individu lainnya dalam subspesies yang sama (spesies yang sama), kami  mengindentifikasi ciri-ciri morfologi daun-daun tumbuhan yang kami observasi  berdasarkan parameter-parameter yang kami inventarisasi tentang ciri-ciri morfologi daun tumbuhan, sebagai berikut:
1.    Bentuk daun
Menurut karakteristik parameter bentuk daun yang telah kami disebutkan diatas, maka hasil identifikasi tentang daun dari 5 tumbuhan yang berbeda, di dapatkan bahwa pada daun A(1-10) memiliki bentuk daun majemuk menjari. Disebut majemuk menjari karena semua anak daunnya memencar pada ujung ibu tangkai seperti letaknya jari-jari tangan. Selain itu, daun A(1-10) memiliki anak daun lebih dari 7, sehingga dinamakan beranak daun banyak (polyfoliolatus).
2.    Panjang daun
Menurut karakteristik parameter panjang daun yang telah kami sebutkan diatas, maka hasil identifikasi tentang daun dari 2 tumbuhan yang berbeda, di dapatkan bahwa pada daun B(1-10) memiliki ukuran panjang daun yang panjang. Sedangkan pada daun E1, E2, E8, E9, E10 memiliki ukuran panjang daun yang pendek. . Dalam menentukan panjang pendeknya daun kami mengukur dari ujung sampai pangkal daun serta mengelompokkannya dalam dua kategori, kategori yang pertama adalah daun yang panjangnya lebih dari sama dengan 10 cm termasuk daun yang ukurannya panjang. Kategori yang kedua adalah daun yang panjangnya kurang dari 10 cm termasuk daun yang ukurannya pendek.
3.    Warna daun
Menurut karakteristik parameter warna daun yang telah kami sebutkan diatas, maka hasil identifikasi tentang warna daun dari 5 tumbuhan yang berbeda, di dapatkan bahwa A(1-10) memiliki warna daun hijau tua dengan bintik hijau muda, hal ini berkaitan dengan kadar klorofil yang terdapat pada daun A(1-10) dimana pada daun yang berusia tua, telah memiliki kadar klorofil yang cukup banyak, selain itu pada daun yang berusia tua telah memiliki karotenoid yang berguna untuk perlindungan, agar klorofil tidak mengalami fotosintesis berlebih. Sehingga daun yang berusia tua memiliki warna yang cenderung hijau tua, dibandingkan dengan warna daun berusia muda. Selain itu, faktor penyinaran sinar matahari juga berpengaruh terhadap warna daun, dimana daun tumbuhan yang di tempatkan pada tempat yang teduh (kurang mendapatkan sinar matahari), tidak mampu membentuk klorofil secara sempurna, karena kurangnya intensitas cahaya yang diperlukan pada proses reaksi terang, sehingga daun akan memiliki warna yang berwarna-warni. Kemudian pada tumbuhan B(1-10) memiliki warna hijau tua dengan selang-seling hijau muda, karena berkaitan juga dengan kadar klorofil dan lamanya intensitas cahaya yang di terima. Selanjutnya pada daun tumbuhan C (1-10) memiliki warna daun hijau tua, karena warna hijau tua berkaitan dengan kadar klorofil yang di miliki oleh daun berusia tua, yang memiliki kadar klorofil yang lebih banyak dan kandungan karotenoid yang berguna untuk perlindungan, agar klorofil tidak mengalami fotosintesis berlabih. Selain itu faktor lamanya intensitas penyinaran cahaya juga sangat berpengaruh terhadap warna daun, dimana daun yang terkena sinar matahri secara penuh, akan memiliki warna yang lebih hijau, karena kandungan klorofilnya yang di hasilkan dari reksi terang.  Kemudian pada daun tumbuhan D(1-10) memiliki warna daun hijau muda, hal ini berkaitan dengan kadar klorofil dan intensitas cahaya yang diterima, karena kedua faktor itu sangat terkait dengan warna daun yang dihasilkan, dimana daun dengan warna hijau muda, menandakan kurangnya kadar klorofil. Selanjutnya pengamatan kami pada daun tumbuhan E(1-10) memiliki daun hijau tua, yang disebabkan oleh kadar klorofil dan intensitas cahaya, yang sudah dijelaskan diatas, Selain itu faktor ketersediaan air dan makanan juga sangat berpengaruh terhadap warna daun yang dihasilkan pada tumbuhan.
4.    Tinggi batang
Menurut karakteristik parameter panjang batang yang telah kami sebutkan diatas, maka hasil identifikasi terhadap tumbuhan B, didapatkan bahwa tumbuhan B(1-8) serta tumbuhan B(10) memiliki ukuran panjang batang yang panjang, sedangakan tumbuhan B(9) memiliki ukuran panjang batang yang pendek. Kami melekukan pengukuran panjang batang pada tumbuhan B dengan menggunakan mistar dengan ketelitian 0,1, serta dalam pengamatan ini, kami mengelompokan batang yang memiliki ukuran panjang kurang dari 140 cm, termasuk batang yang memiliki ukuran panjang batang yang pendek, sedangkan batang yang memiliki ukuran panjang lebih dari atau sama dengan 150 cm, termasuk batang yang memiliki ukuran panjang batang yang panjang.
5.    Bentuk tulang daun
Menurut karakteristik parameter bentuk tulang daun yang telah kami sebutkan diatas, maka hasil identifikasi terhadap tumbuhan C, di dapatkan bahwa tumbuhan C(1-10) memiliki bentuk tulang daun melengkung, dikatakan demikian, karena daun ini memilki beberapa tulang yang besar, satu di tengah, yaitu yang paling besar, sedang yang lainnya mengikuti jalannya tepi daun. Jadisemula memencar kemudian kembali menuju ke satu arah yaitu ke ke ujung daun, hingga selain tulang yang ditengah semua tulang-tulangnya kelihatan melengkung.
KEGIATAN 4
KUNCI DETERMINASI
1.    a.  Tepi daun rata.......................................................................................... 2
b.  tepi daun tidak rata .................................................................................. 3
2.    a.  Pangkal daun rata/rompang .................................................................... Daun H
b.    Pangkal daun tidak rata/rompang ............................................................ 4
3.    a. Tepi daun bergerigi ................................................................................. Daun E
b.    Tepi daun berombak ................................................................................ Daun I
4.    a. Tulang daun bersatu dengan tulang cabang lain  .................................... 5
b.    Tulang daun tidak bersatu dengan tulang cabang lain.............................. 6
5.    a.  Ujung daun meruncing............................................................................. 7
b.    Ujung daun tumpul  ................................................................................. Daun C
6.    a.  Ujung daun menyirip .................................................................................. Daun F
b.    Ujung daun tidak menyirip ....................................................................... 8
7.    a.  Bentuk daun bangun jantung ...................................................................... Daun A
b.    bentuk daun jorong ................................................................................... Daun D
8.    a.  Ujung daun melengkung.............................................................................. Daun G
a.    ujung daun menncapai tepi daun............................................................... B
BAGAN KLASIFIKASI
Kegiatan dengan topik klasifikasi makhluk hidup dilakukan pada hari Kamis, 3 Oktober 2013 di Kebun Biologi. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengidentifikasi dasar-dasar yang dapat digunakan dalam pengklasifikasian, mengelompokkan secara dikotomi berdasarkan ciri morfologi dan mengidentifikasi pola persamaan dan perbedaan dalam suatu kelompok hasil klasifikasi berdasarkan takson.
Klasifikasi bertujuan untuk menyederhanakan objek studi itu pada hakekatnya tidak lain untuk mencari keseragaman dalam keanekaragaman. Kesamaan-kesamaan atau keseragaman itulah yang dijadikan dasar dalam mengadakan klasifikasi. (Gembong Tjitrosoepomo,1991:5)
Dasar-dasar klasifikasi salah satunya adalah ciri morfologi dan anatomi. Dasar klasifikasi yang mendasari kegiatan ini adalah ciri morfologi. Praktikan mengamati bentuk luar objek biologi yang ada dan kemudian mengidentifikasinya serta mengelompokkannya kedalam beberapa kategori.
Langkah awal dalam kegiatan ini adalah mengambil 9 sampel daun yang bervariasi dan memberinya label A hingga I. Selanjutnya, praktikan mengidentifikasi masing-masing daun secara bergantian. Parameter yang dipakai adalah bentuk daun, ujung daun, pangkal daun, tulang daun, dan tepi daun.
Langkah selanjutnya yang dilakukan praktikan adalah mengelompokkan semua daun kedalam beberapa grup. Berdasarkan tepi daun (margo folii), praktikan mengelompokkan kesembilan daun kedalam dua jenis tepi daun, yaitu tepi daun rata (integer) dan tidak rata. Tepi daun rata (integer) memiliki jumlah anggota yang lebih banyak yaitu A, B, C, D, F, G, dan H. Sehingga ada dua daun yang memiliki tepi daun tidak rata yaitu daun E dan daun I. Tepi daun E dan I dianggap tidak rata karena memiliki toreh (divisus). Toreh yang ada pada daun E dan I merupakan tepi daun dengan toreh yang merdeka, yaitu bergerigi (serratus) dan berombak (repandus). Sehingga, diperoleh klasifikasi daun E yaitu tepi daun bergerigi (serratus) dan pengkalsifikasian untuk daun I yaitu memiliki tepii daun berombak (repandus).
Ketujuh daun lain yang termasuk dalam kelompok tepi daun yang rata (integer)  diklasifikasikan lagi berdasarkan pangkal daun (basis folii). Menurut pengamatan praktikan, hanya daun H yang memiliki pangkal daun yang rata atau rompang (truncatus). Sehingga daun H merupakan daun yang memiliki tepi daun dan pangkal daun rata. Sementara keenam daun lain termasuk kategori pangkal daun tidak rata atau rompang. Tidak hanya sampai pada pangkal daun, praktikan mengelompokkan daun-daun yang tersisa berdasarkan tulang daun (nervatio). Menurut pengamatan praktikan, ada hal yang mencolok diantara dedaunan yang tersisa yaitu tulang daun yang tumbuh kesamping membentuk cabang. Sehingga, praktikan mengelompokkannya kedalam dua jenis, yaitu tulang daun yang bersatu dengan tulang cabang lain dan tulang daun yang tidak bersatu dengan tulang cabang lain. Tulang daun yang bersatu dengan tulang cabang lain dimiliki oleh daun A, C, dan D. Mengapa demikian karena pada daun A, C, dan D, tulang-tulang cabang yang berada didekat tepi daun membengkok keatas dan bertemu dengan tulang cabang yang berada diatasnya, demikian seterusnya. Sementara daun B memiliki tulang cabang mencapai tepi daun, daun F memiliki tulang daun melengkung (cervinervis) karena terdapat tulang yang paling besar ditengah daun dan semua tulang berakhir atau menuju ke satu ujung daun, dan tulang daun G dianggap memiliki tulang daun menyirip (penninervisi) karena susunannya mirip dengan sirip-sirip ikan. Satu ibu tulang tepat lurus berada ditengah mulai dari pangkal hingga ujung daun dan dari ibu tulang ini muncul cabang-cabang yang arahnya kesamping.
Kategori tulang daun bersatu dengan tulang cabang lain yang beranggotakan daun A, C, dan D dipisah lagi menjadi dua kriteria, yaitu ujung daun meruncing (acuminatus) dan tumpul (obtusus). Ujung daun yang tumpul (obtusus) adalah daun C dan ujung daun yang meruncing (acuminatus) adalah daun A dan D. Menurut pengamatan praktikan, pertanda bahwa daun C mempunyai ujung yang tumpul sangat terlihat dari sudutnya yang tumpul meskipun praktikan tidak memastikan berada sudut yang dibentuk oleh daun tersebut. Selain itu, tepi daun yang semula masih agak menjauh dari ibu tulang, makin mendekat ke suatu titik pertemuan. Sehingga, diperoleh klasifikasi untuk daun C, yaitu tepi daun rata (integer), pangkal daun tidak rata, tulang daun bersatu dengan tulang cabang lain dan ujung daun tumpul (obtusus). Untuk daun A dan D, pengamat berhasil mengidentifikasi perbedaan dari kedua daun ini. Perbedaannya terletak pada bentuk daun (circumscriptio). Daun A berbentuk bangun jantung (cordatus), sedangkan daun D berbentuk jorong (ovalis atau ellipticus). Bentuk daun bangun jantung adalah bentuk daun yang paling tepat karena pangkal daun bertoreh atau berlekuk. Bangun seperti bulat telur tetapi pangkal daun memperlihatkan sebuah lekukan. Sehingga didapatkan klasifikasi daun A yaitu tepi daun rata, pangkal daun tidak rata, tulang daun bersatu dengan tulang cabang lain, ujung daun meruncing dan bentuk daun bangun jantung. Sementara untuk daun D, menurut praktikan, memiliki bentuk daun jorong karena bagian yang lebar berada ditengah-tengah helaian daun dan perbandingan panjang:lebar = 2:1. Sehingga diperoleh klasifikasi yang lebih lengkap untuk daun D, yaitu tepi daun rata (integer), pangkal daun tidak rata, tulang daun bersatu dengan tulang cabang lain, ujung daun meruncing (acuminatus) dan bentuk daun jorong (ovalis atau ellipticus).
Dari klasifikasi yang telah diperoleh, praktikan dapat mengidentifikasi hubungan kekerabatan antar daun. Daun A dan daun D memiliki hubungan kekerabatan yang dekat karena banyak persamaan antar kedua daun tersebut mulai dari tepi daun hingga ujung daun. kedua daun tersebut sama-sama memiliki ujung daun meruncing, tulang daun yan bersatu dengan tulang cabang lain, pangkal daun tidak rata dan tepi daun yang rata.
Perbedaan yang sangat banyak terlihat pada daun E dan A. Dari parameter pertama yang dipakai yaitu tepi daun, kedua daun memiliki tepi daun yang berbeda sehingga tidak berada dalam satu kelompok. Dengan kata lain, daun E dan daun A memiliki hubungan kekerabatan yang jauh. Karena berdasarkan literature yang pernah dibaca oleh praktikan, semakin banyak perbedaan pada dua objek yang dibandingkan dan sedikit persamaan ciri, maka hubungan kekerabatannya semakin jauh.
G.      KESIMPULAN
Berdasarkan observasi kegiatan 3 yang kami lakukakan dapat disimpulkan  bahwa :
1.        Populasi adalah kumpulan dari individu sejenis yang secara bersama menempati suatu habitat pada waktu tertentu. Karakter dari populasi A-E itu adalah mereka selalu bersama-sama membentuk suatu kelompok besar maupun kelompok kecil. Individu yang satu dengan individu yang lain mempunya sifat dan ciri yang indentik (hampir sama bahkan ada yang sama). Misalnyamasing-masing individu pohon pepaya yang memiliki warna daun hijau tua sedangkan  bentuk daunnya majemuk menjari.
2.        Parameter-parameter kami  pada observasi populasi kegiatan 3 yaitu: warna daun, tinggi daun, bentuk daun, bentuk tulang daun, dan panjang daun. Setelah kita mengamati ataupun mengukur kami mendapati bahwa masing-masing individu memiliki ciri yang sama ataupun hampir sama.
3.        Inidividu satu dengan individu lain memiliki ciri morfologi yang sama ataupun hampir sama. Misalnya seperti pada tumbuhan melati air 1 dan tumbuhan melati air 2 memiliki ciri bentuk tulang daun melengkung dan warna daun hijau muda.
4.        Inidividu satu dengan individu lain memiliki ciri morfologi yang sama ataupun hampir sama. Misalnya seperti pada tumbuhan sansivera  7 dan tumbuhan sansivera  8  memiliki ciri panjang daun 20 cm dan warna daun hijau tua, selang-seling hijau muda .
5.        Antara individu tumbuhan florida beauty yang satu dengan yang lainnya memiliki banyak persamaan sifat dan ciri. Tetapi antara individu tumbuhan euforbia dengan individu tumbuhan melati air memiliki banyak perbedaan ciri dan sifat, hal ini menunjukan semakin  banyak perbedaan antara individu yang satu dengan individu yang satu dengan individu yang lain semakin jauh kekerabatanya.

Berdasarkan observasi kegiatan 4 yang kami lakukakan dapat disimpulkan bahwa :
1.        Dasar-dasar yang digunakan dalam pengklasifikasian adalah sistem Carolus Linnaeus meliputi 3 yaitu : anatomi-morfologi populasi, susunan genetis populasi, dan ekologi.
2.        Daun dikelompokan dilihat berdasarkan pangkal daun, ujung daun, tulang daun, bentuk daun, dan tepi daun. Masing-masing daun memiliki ciri ada yang sama seperti B,D,H memeliki kesamaan dalam bentuk pangkal daun yaitu tumpul dan ada juga yang memiliki ciri yang berbeda seperti pada A,C memiliki bentuk ujung daun yang berbeda yaitu meruncing dan tumpul.
3.        Masing-masing memiliki pola persamaan dan perbedaan dalam bentuk pangkal daun, ujung daun, tulang daun, bentuk daun, dan tepi daun. Masing-masing dari mereka tidak ada yang semuanya sama karena spesies mereka berbeda.

















DAFTAR PUSTAKA
Nugroho, L. Hartanto dan Issinep Sumardi. 2004. Biologi Dasar. Jakarta: Penebar Swadaya
Yatim, wildan.1987.Biologi Modern. Bandung: Tarsito.
Sumber : Anonim di ambil dari http://nha-withstyle-blogspot.com/2011/10/evercolour-dinamikawarna-daun -tanaman.html di ambil pada kamis,10 oktober 2013
Sumber : Wikipedia.com
Tjitrosoepomo, Gembong. 1985. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Perss.























LAMPIRAN
































LAMPIRAN