LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR 1
KERAGAMAN DAN KEANEKARAGAMAN SERTA
DASAR-DASAR KLASIFIKASI
Disusun Oleh :
1.
Muhammad
Irma Sunu D (13312241042)
2.
Sarah
Rahmawati (13312241043)
3.
Annisa
Suminar (13312241046)
4.
Masrifatun
Ngaisah (13312241050)
5.
Dea Dimyathi
Agus P (13312241064)
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2013
DAFTAR
ISI
COVER…………………………………………………………………………………….…i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………....ii
A.
Judul………………………………………………………………………………….….1
B. Tujuan…………………………………...……………………………………….……...1
C. Dasar Teori…………………………………...…………………………………….…...1
D. Metode Praktikum...........................................................................................................
E. Hasil Kegiatan …………………………………...……………………………………...
F.
Pembahasan…………………………………...…………………………………….…..
G. Kesimpulan…………………………………...…………………………………….…...
DAFTAR PUSTAKA…………………………………...……………………………….......
LAMPIRAN………………………………………………………………………………….
A. JUDUL
Kegiatan 3 :
Menemukan keragaman dan keanekaragaman intra
dan inter spesies
Kegiatan 4 :
Dasar-dasar klasifikasi
makhluk hidup
B.
TUJUAN
Kegiatan 3 :
1. Menginventarisasi karakter morfologi individu-individu penyusun populasi.
2. Melakukan observasi ataupun pengukuran terhadap parameter-parameter
yang terinventarisasi.
3. Membandingkan ciri morfologi suatu individu dengan individu lainnya
dalam subpopulasi (subspesies) yang sama.
4.
Membandingkan
ciri morfologi suatu individu dengan individu lainnya dalam subspesies yang
sama (spesies yang sama).
5.
Membandingkan
ciri individu antar spesies.
Kegiatan 4 :
1.
Mengidentifikasi
dasar-dasar yang dapat digunakan dalam pengklasifikasian.
2. Mengelompokkan (klasifikasi) secara dikotomi berdasarkan ciri morfologi.
3. Mengidentifikasi pola persamaan dan perbedaan dalam suatu kelompok hasil
klasifikasi berdasarkan takson.
C.
DASAR TEORI
1. Keanekaragaman
Keanekaragaman hayati merupakan ungkapan pernyataan
terdapatnya berbagai macam variasi, bentuk, penampilan, jumlah dan sifat yang
terlihat pada berbagai tingkatan persekutuan makhluk, yaitu tingkatan
ekosistem, tingkatan jenis, dan tingkatan genetika. (Sastrapradja: 1989).
Keanekaragaman ditunjukkan dengan persamaan dan perbedaan ciri yang terdapat
diantara makhluk satu dengan yang lainnya, pada semua tingkat organisasi
kehidupan mulai dari tingkat molekul sampai pada tingkat komunitas.
Keanekaragaman hayati (biodiversitas) adalah
keanekaragaman organisme yang menunjukkan keseluruhan variasi gen, jenis, dan
ekosistem pada suatu daerah. Keanekaragaman hayati melingkupi berbagai
perbedaan atau variasi bentuk, penampilan, jumlah, dan sifat-sifat yang terlihat
pada berbagai tingkatan, baik tingkatan gen, tingkatan spesies, maupun
tingkatan ekosistem. Gampangnya, keanekaragaman hayati adalah semua jenis
perbedaan antar mahkluk hidup. (Wikipedia.com)
Untuk memudahkan pemahaman mengenai keanekaragaman
hayati, wilson (1988) membaginya menjadi 3 taraf yang saling berkaitan, yaitu:
a.
Keanekaragaman tingkat ekosistem
Keanekaragaman tingkat ekosistem adalah variasi makhluk
hidup dalam sebuah ekosistem. Keanekaragaman
ekosistem ini terjadi karena adanya keanekaragaman gen dan keanekaragaman jenis
(spesies). Ekosistem terbagi atas
-
Ekosistem hutan
-
Ekosistem rawa gambut dan air tawar
-
Ekosistem sungai dan danau
-
Ekosistem hutan dataran rendah dan tinggi
-
Ekosistem gunung dan gua
Contoh
keanekaragaman ekosistem misalnya pohon kelapa banyak tumbuh di daerah pantai,
pohon aren tumbuh di pegunungan, sedangkan pohon palem dan pinang tumbuh dengan
baik di daerah dataran rendah.
b.
Keanekaragaman tingkat jenis
Keanekaragaman
tingkat jenis adalah keanekaragaman yang ada pada makhluk hidup yang berbeda
jenis. Keanekaragaman tingkat jenis dapat diamati melalui sifat fisiknya.
Contohnya adalah Keanekaragaman antara jenis kucing. diantara mereka terdapat
perbedaan-perbedaan sifat yang mencolok. Misalnya ukuran tubuh, kebiasaan hidup
(liar dan rumahan), bentuk kulit seta corak yang berbeda antara yang satu
dengan yang lain.
c.
Keanekaragaman tingkat gen
Keanekaragaman
tingkat gen adalah keanekaragaman yang ada pada individu sejenis. Perbedaannya
meliputi bentuk dan ukuran tubuh. Keanekaragaman ini disebabkan oleh pengaruh
perangkat pembawa sifat yang disebut dengan gen. Semua makhluk hidup dalam satu
spesies/jenis memiliki perangkat dasar penyusun gen yang sama.walaupun
perangkat dasar penyusunnya sama, tetapi susunannya berbeda-beda bergantung
pada masing-masing induknya karena gen
diturunkan dari induk/orang tua kepada keturunannya. Contohnya adalah
ayam kampung, hutan, ayam ras, dan lain-lain. Dengan kata lain, tidak ada dua
individu yang sama persis.
Ada dua faktor
penyebab keanekaragaman, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal
yaitu gen dan faktor eksternalnya adalah lingkungan. Makhluk hidup akan
beradaptasi dengan lingkungannya agar ia bisa bertahan hidup. Adaptasi ini
menjadi salah satu penyebab adanya keanekaragaman makhluk hidup.
2.
Dasar-dasar klasifikasi makhluk
hidup
Banyaknya
variasi diantara satu makhluk dengan lainnya, maka diperlukan usaha
penyederhanaan dengan cara pengelompokan (klasifikasi). Klasifikasi pada
hakekatnya adalah upaya untuk menyederhanakan keanekaragaman organisme yang
besar menjadi kelompok organisme lebih kecil agar dapat dikenali dan dipelajari
dengan mudah. Beberapa individu yang seragam dikelompokkan dalam satu golongan.
Beberapa golongan yang seragam dikelompokkan menjadi satu golongan yang
tingkatannya lebih tinggi. Semakin banyak persamaan ciri yang dimiliki (pada
semua tingkat organisasi) dianggap semakin dekat hubungan kekerabatannya, dan
sebaliknya.
Tingkat-tingkat
golongan yang umum dikenal adalah sebagai berikut.
-
Spesies
-
Genus
-
Familia
-
Ordo
-
Kelas
-
Divisio (tumbuhan) dan filum (selain tumbuhan)
-
Kingdom (tambah tabel yang ada direferensi)
Ilmu yang
mempelajari tentang klasifikasi makhluk hidup adalah taksonomi. Ada 2 sistem
klasifikasi, yaitu sistem aristoteles dan sistem natural.
1) Sistem
Artifisial
Sistem ini
dianut oleh Aristoteles. Aristoteles adalah orang pertama yang membuat
taksonomii hewan dan tumbuhan. Caranya membuat klasifikasi makhluk menjadi
pedoman dalam kurun waktu 2000 tahun. Dia mengelompokkan mahkluk hidup kedalam
dua grup besar, yaitu hewan dan tumbuhan. Tumbuhan diklasifikasikan sebagai
herba, semak, pohon. Sedangkan hewan diklasifikasikan berdasarkan habitatnya.
2) Sistem Natural
Pada abad
ke-18, muncullah bapak sistematik terbesar dunia kedua yaitu Carolus Linnaeus.
Karyanya berjudul “systema Naturae” dengan edisi I terbit tahun 1735. Carolus
Linnaeus mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan sifat fisik yang dimiliki.
Pedoman
klasifikasi modern ada 3, yaitu:
-
Anatomi-morfologi populasi
-
Susunan genetis populasi
-
Ekologi
a. Kunci Dikotomi
Makhluk hidup
yang beranekaragam mendorong terciptanya sebuah sistem pengelompokan (klasifikasi)
untuk mempermudah dalam mengenali dan mempelajari makhluk hidup. Klasifikasi
makhluk hidup didasarkan pada persamaan dan perbedaan ciri yang dimilik makhluk
hidup. Salah satu cara mengklasifikasikan makhluk hidup yakni dengan
menggunakan kunci dikotomi. Kunci dikotomi adalah suatu alat untuk
mengkategorikan suatu makhluk hidup kedalam beberapa kategori melalui
identifikasi struktur makhluk hidup tersebut. Kunci dikotomi mengandung dua
atau tiga pernyataan yang berlawanan berhubungan dengan ciri tertentu.
Penggunaan kunci determinasi pertama kali diperkenalkan oleh Carolus Linnaeus
Ada 3 macam
kunci dikotomi berdasarkan cara penyusunannya, yaitu:
1) Kunci
perbandingan
Kunci
perbandingan ini dapat berupa tabel, kartu berlubang atau kunci Leenhouts. Kunci
leenhouts sebenarnya adalah penyempurnaan dari kunci tabel dan kunci kartu
berlubang. Karena kunci tabel dan kunci kartu berlubang besar dan sulit untuk
diterbitkan, muncullah kunci padat atau kunci sinopsis atau kunci Leenhouts. Kunci Leenhouts pada
dasarnya memuat sifat dan ciri serta nomor takson.
2) Kunci Analisis
Kunci analisis
terdiri berbentuk bait. Setiap baitnya, terdiri dari dua pernyataan yang sangat
kontras/berlawanan. Pada tiap baitnya terdapat nomor dan untuk membedakan
pernyataan satu dengan yang lain maka diberi tanda berupa huruf. Pada akhirnya,
hanya akan ada 1 angka dan 1 huruf sehingga bisa ditentukan taksonominya. Kunci
analisis dibedakan menjadi 3, yaitu kunci paralel, bertakik dan sinopsis.
b.
Morfologi
Morfologi dipakai oleh berbagai cabang
ilmu. Secara harafiah, morfologi berarti 'pengetahuan tentang
bentuk' (morphos). Morfologi adalah ilmu bahasa
yang mempelajari mengenai pembentukan kata. Morfologi
(biologi), ilmu yang mempelajari
tentang bentuk organisme,
terutama hewan dan tumbuhan dan mencakup bagian-bagiannya.(Wikipedia.com). Morfologi pada tumbuhan itu bermacam-macam. Salah satunya
adalah morfologi tentang daun dan batang yang dimiliki tumbuhan.
Daun merupakan
suatu bagian tumbuhan yang sangat penting dan pada umumnya tiap tumbuhan mempunyai sejumlah besar daun. Bagian-bagian
daun adalah sebagai berikut : Upih daun,
tangkai daun dan heleaian daun. Daun
bisa dibedakan dengan berbagai macam cara. Salah satunya yaitu warna, bentuk
pangkal daun, susunan tulang-tulang daun,bentuk daun, bentuk tepi dau, dan
ujung daun.
Bentuk daun memiliki berbagai macam
variasi sebagai contoh adalah bentuk bulat, bangun perisai, jorong, memanjang,
bangun lanset dan masih banyak yang lain. Salah satu contoh untuk bagian ujung
daun adalah runcing, meruncing, tumpul membulat, rompanng, terbelah dan
berduri. Dan contoh dari pangakal daun adalah sebagai berikut runcing,
meruncing, tumpul, membulat, romping dan berlekuk. Salah satu contoh dari
susunan dari bentuk tulang-tulang daun adalah sebagai berikut menyirip,
menyebar, bertulang menjari, melengkung dan sejajar. Dan contoh untuk percobaan
adalah sebagai berikut berpita rata, bergerigi, brgerigi ganda, bergerigi,
beringgit dan berombak.(Gembong)
c.
Klasifikasi
Klasifikasi
adalah penyusunan bersistem dl kelompok atau golongan menurut kaidah atau
standar yg ditetapkan.
D.
METODE PRAKTIKUM
1.
Tempat dan Waktu
Praktikum
Tempat : Depan Laboratorium
Biologi dan Kebun Biologi, FMIPA, UNY
Waktu : Kamis, 3 Oktober
2013 pukul 13.30 WIB
2.
Alat dan Bahan
Kegiatan 3
Alat : Mistar/ Penggaris
Bahan :
Tumbuhan (Daun)
Kegiatan 4
Alat : Mistar/Penggaris
Bahan :
Organ Daun Tanaman di Lingkungan Sekitar
3.
Langkah Kerja
Menentukan satu populasi tumbuhan atau hewan yang
terdiri atas 10 atau lebih individu.
|
Menginventarisasai
parameter – parameter pada individu – individu tersebut yang dapat diobservasi
ciri morfologinya ataupun dapat diukur.
|
Mencatat
hasil observasi atau pengukuran ke dalam tabel.
|
Membandingkan hasil observasi antar individu sesama
nggota populasi tersebut.
|
Mengobservasi atau mengukur parameter – parameter
yang dimiliki individu – individu tersebut.
|
Membandingkan hasil observasi antar individu sesama
anggota populasi tersebut.
|
Merumuskan simpulan mengenai ada atau tidaknya
perbedaan-perbedaan individu dalam populasi yang sama, antar populasi
ataupun antara hewan dan tumbuhan.
|
Kegiatan 4 :
Menempatkan keseluruhan daun pada sebuah meja.
|
Melakukan
pemisahan dan pengelompokan ini langkah demi langkah (dengan dasar
tertentu) untuk setiap langkah terus menerus hingga tidak mampu lagi
membuat kelompok yang lebih kecil lagi.
|
Mencatat
hasil pemisahan atau pengelompokan dalam bentuk skema.
|
Menarik
kesimpulan berdasarkan kegiatan ini
|
Membaca
kedudukan taksonomik masing-masing indiividu menurut hasil klasifikasi dan
membandingkan dengan hasil.
|
Mencoba
membuat pengelompokan berdasarkan kesamaan ciri tertentu.
|
E.
HASIL KEGIATAN
Kegiatan 3 :
No
|
Nama populasi
|
Parameter/ susunan observasi
|
Individu ke-
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
|||
1
|
Sekelompok tumbuhan Florida beauty
|
Warna daun
|
Hijau tua dengan bintik hijau muda
|
Hijau tua dengan bintik hijau muda
|
Hijau tua dengan bintik hijau muda
|
Hijau tua dengan bintik hijau muda
|
Hijau tua dengan bintik hijau muda
|
Hijau tua dengan bintik hijau muda
|
Hijau tua dengan bintik hijau muda
|
Hijau tua dengan bintik hijau muda
|
Hijau tua dengan bintik hijau muda
|
Hijau tua dengan bintik hijau muda
|
Tinggi batang (cm)
|
130
|
150
|
200
|
180
|
175
|
155
|
160
|
140
|
150
|
165
|
||
2
|
Sekelompok tumbuhan Sansivera
|
Warna daun
|
Hijau tua selang seling hijau muda
|
Hijau tua selang seling hijau muda
|
Hijau tua selang seling hijau muda
|
Hijau tua selang seling hijau muda
|
Hijau tua selang seling hijau muda
|
Hijau tua selang seling hijau muda
|
Hijau tua selang seling hijau muda
|
Hijau tua selang seling hijau muda
|
Hijau tua selang seling hijau muda
|
Hijau tua selang seling hijau muda
|
Panjang daun (cm)
|
12
|
13
|
22
|
21
|
24
|
23
|
20
|
20
|
17
|
20
|
||
3
|
Sekelompok pohon pepaya
|
Warna daun
|
Hijau tua
|
Hijau tua
|
Hijau tua
|
Hijau tua
|
Hijau tua
|
Hijau tua
|
Hijau tua
|
Hijau tua
|
Hijau tua
|
Hijau tua
|
Bentuk daun
|
Majemuk menjari
|
Majemuk menjari
|
Majemuk menjari
|
Majemuk menjari
|
Majemuk menjari
|
Majemuk menjari
|
Majemuk menjari
|
Majemuk menjari
|
Majemuk menjari
|
Majemuk menjari
|
||
4
|
Sekelompok tumbuhan Melati air
|
Bentuk tulang daun
|
Bertulang melengkung
|
Bertulang melengkung
|
Bertulang melengkung
|
Bertulang melengkung
|
Bertulang melengkung
|
Bertulang melengkung
|
Bertulang melengkung
|
Bertulang melengkung
|
Bertulang melengkung
|
Bertulang melengkung
|
Warna daun
|
Hijau muda
|
Hijau muda
|
Hijau muda
|
Hijau muda
|
Hijau muda
|
Hijau muda
|
Hijau muda
|
Hijau muda
|
Hijau muda
|
Hijau muda
|
||
5
|
Sekelompok tumbuhan Euphorbia
|
Warna daun
|
Hijau tua
|
Hijau tua
|
Hijau tua
|
Hijau tua
|
Hijau tua
|
Hijau tua
|
Hijau tua
|
Hijau tua
|
Hijau tua
|
Hijau tua
|
Panjang daun (cm)
|
8
|
9,9
|
12,9
|
12,4
|
12,4
|
10,4
|
12,4
|
7,3
|
6,2
|
5
|
Kegiatan 4 :
Daun
|
Pangkal daun
|
Ujung daun
|
Tulang daun
|
Bentuk daun
|
Tepi daun
|
1
|
berlekuk
|
meruncing
|
Bersatu
dengan tulang cabang lain
|
Bangun
jantung
|
|
2
|
Tumpul
|
meruncing
|
Mencapai tepi daun
|
bulat
|
|
3
|
Runcing
|
tumpul
|
Bersatu
dengan tulang cabang lain
|
jorong
|
|
4
|
Tumpul
|
meruncing
|
Bersatu
dengan tulang cabang lain
|
jorong
|
|
5
|
berlekuk
|
membulat
|
Mencapai tepi daun
|
bulat
|
Bergerigi
|
6
|
Tumpul
|
tumpul
|
Menyirip
|
jorong
|
Rata
|
7
|
runcing
|
meruncing
|
Melengkung
|
jorong
|
Rata
|
8
|
Rata/rumpang
|
tumpul
|
Melengkung
|
Bangun
perisai
|
Rata
|
9
|
tumpul
|
runcing
|
Bersatu
dengan tulang cabang lain
|
memanjang
|
Berombak
|
F.
PEMBAHASAN
KEGIATAN 3
Pada kegiatan 3 ini, praktikan di
harapkan mampu menginventarisasikan karakter morfologi individu-individu
penyusun populasi, melakukan observasi ataupun pengukuran terhadap
parameter-parameter yang terinventerisasikan, membandingkan ciri morfologi
suatu individu dengan individu lainnya dalam subpopulasi (subspesies) yang
sama, membandingkan ciri morfologi suatu individu dengan individu lainnya dalam
subspesies yang sama (spesies yang sama), serta membandingkan ciri morfologi
antar spesies.
Berdasarkan pengamatan
yang kami lakukan pada hari kamis, tanggal 3 Oktober 2013 bertempat di
depan laboraturium Biologi dan kebun Biologi FMIPA UNY, pada pukul 13.30, kami
mendapatkan hasil berupa 5 jenis daun dari 5 jenis tumbuhan yang berbeda. Kami
beri nama tumbuhan A1 untuk jenis individu pertama , tumbuhan A2 untuk jenis
tumbuhan 2, dan seterusnya sampai A(n) untuk individu ke-n. Serta B1 untuk
jenis tumbuhan kedua, individu pertama, dan seterusnya sampai X(n) untuk
tumbuhan ke X dan individu ke n. Dalam praktikum pada kegiatan 3 ini, kami
hanya mengamati objek biologi berupa tumbuhan, sehingga keseluruhan data yang
diidentifikasi sebanyak 5 jenis tumbuhan yang berbeda (masing-masing 10
individu).
Berdasarkan hasil pengamatan pada
daun-daun yang telah praktikan amati, praktikan menginventarisasi 5 jenis daun
tumbuhan yang berbeda dengan karakter
morfologi individu-individu penyusun populasi berupa parameter-parameter yang
di jadikan sebagai dasar mempelajari keragaman dan keanekaragaman makhluk
hidup. Parameter-parameter tersebut antara lain warna daun, panjang daun,
bentuk daun, dan bentuk tulang daun. Khusus untuk tumbuhan A, praktikan
menggunakan panjang batang sebagai parameter.
Bentuk atau bangun daun (Circumscriptio) dapat digolongkan
berdasarkan letak bagian daun yang terlebar karena mengingat macam-macam bangun
daun karena banyaknya modifikasi yang menimbulkan keperluan untuk menciptakan
penamaan yang tepat dengan kaidah yang umum dianut sehingga dari deskripsinya
dapat dikenal bentuk daun. Selain menggunakan istilah-istilah atau kata-kata
yang lazim dipakai untuk menyatakan bentuk suatu benda, misalnya bulat,
segitiga, dan lain-lain, Dalam menyebut bangun daun seringkali kita carikan
persamaan bentuknya dengan bentuk benda-benda lain, misalnya: bangun tombak, bangun
anak panah, bangun perisai, dan lain-lain.(Gembong Tjitrosoepomo, 1985:22)
Panjang daun pada pengamatan ini di
ukur dari ujung daun sampai pangkal daun dengan menggunakan mistar dengan
ketelitian 0,1 cm. Selain itu, parameter lain yang praktikan inventarisasi
berupa bentuk daun, hal yang perlu diingat, bahwa dalam menentukan bangun daun
kita tidak boleh terpengaruh oleh adanya toreh-toreh atau lekuk-lekuk pada tepi
daun, melainkan harus dibayangkan seakan-akan toreh-toreh tadi tidak ada.
(Gembong Tjitosoepomo, 1985:22)
Jika kita memperhatikan daun
berbagai macam tumbuhan akan terlihat bahwa, ada diantaranya yang: pada tangkai
daunnya hanya terdapat satu helain daun saja. Daun yang demikian dinamakan daun
tunggal (folium
simplex),
tangkainya bercabang-cabang, dan baru pada cabang tangkai ini terdapat helaian
daunnya, sehingga disini pada satu tangkai terdapat lebih dari satu helaian
daun. Daun dengan susunan yang demikian disbut daun majemuk (folium
compositum). (Gembong Tjitrosoepomo, 1985:49)
Menurut susunan anak daun pada ibu
tangkainya, daun majemuk dapat dibedakan dalam dua golongan, yaitu:
1.
Daun majemuk
menyirip (pinnatus),
jika anak daun tersusun seperti sirip pada kan kiri ibu tangkainya,
2.
Daun majemuk
menjari (palmatus)
3.
Daun majemuk bngun kaki (pedatus)
4.
Daun majemuk
campuran (digitato
pinnatus)
(Gembong
Tjitrosoepomo, 1985:53)
Parameter
selanjutnya adalah warna daun, walaupun umum telah maklum, bahwa daun itu
biasanya berwarna hijau, tetapi tak jarang pula kita jumpai daun yang warnanya
tidak hijau, lagi pula wrna hijau pun dapat memperlihatkan banyak variasi atau
nuansa. Sebagai contoh dapat a.l. disebut daun yang berwarna:
-
Merah, misalnya
daun bunga buntut bajing (Acalypa
welkisiana M.Arg.)
-
Hijau bercampur
atau tertutup warna merh, misalnya: bermacam-macam daun puring (Codiaeum variegatium BI,),
-
Hijau tua
misalnya daun nyamplung (Colophyllum
inophyllum L.)
-
Hijau
kekuningan, misalnya daun tanaman guni (Corchorus
capsularis L.)
Perlu
di catat, bahwa dalam menyebut warna daun sangat besar pengaruh seseorang,
mengingat mengenai warna tidak ada ukuran yang obyektif, lagi pula warna daun
suatu jenis tumbuhan dapat berubah menurut keadaan tempat tumbuhnya dan erat
sekali hubungannya dengan persediaan air dan makanan serta penyinaran. (Gembong
Tjitrosoepomo, 1985:48)
Parameter
selanjutnya adalah bentuk tulang daun. Tulang-tulang daun adalah bagian yang
berguna untuk , seperti pula halnya pada dengan tulang-tulang pada hewan dan
manusia, oleh sebab itu, seluruh tulang-tulang pada daun dinamakan pula rangka
daun (sceleton).
Disamping sebagai penguat, tulang-tulang daun itu sesungguhnya adalah
berkas-berkas pembuluh yang berfungsi sebagai jalan untuk pengangkutan zat-zat.
(Gembong Tjitrosoepomo,1985:35)
Untuk
dapat membandingkan ciri-ciri morfologi suatu individu dengan individu lainnya
dalam subpopulasi (subspesies) yang sama dan membandingkan ciri morfologi suatu
individu dengan individu lainnya dalam subspesies yang sama (spesies yang
sama), kami mengindentifikasi ciri-ciri
morfologi daun-daun tumbuhan yang kami observasi berdasarkan parameter-parameter yang kami
inventarisasi tentang ciri-ciri morfologi daun tumbuhan, sebagai berikut:
1.
Bentuk daun
Menurut karakteristik parameter
bentuk daun yang telah kami disebutkan diatas, maka hasil identifikasi tentang
daun dari 5 tumbuhan yang berbeda, di dapatkan bahwa pada daun A(1-10) memiliki
bentuk daun majemuk menjari. Disebut majemuk menjari karena semua anak daunnya
memencar pada ujung ibu tangkai seperti letaknya jari-jari tangan. Selain itu,
daun A(1-10) memiliki anak daun lebih dari 7, sehingga dinamakan beranak daun
banyak (polyfoliolatus).
2.
Panjang daun
Menurut karakteristik parameter
panjang daun yang telah kami sebutkan diatas, maka hasil identifikasi tentang
daun dari 2 tumbuhan yang berbeda, di dapatkan bahwa pada daun B(1-10) memiliki
ukuran panjang daun yang panjang. Sedangkan pada daun E1, E2, E8, E9, E10
memiliki ukuran panjang daun yang pendek. . Dalam menentukan
panjang pendeknya daun kami mengukur dari ujung sampai pangkal daun serta
mengelompokkannya dalam dua kategori, kategori yang pertama adalah daun yang
panjangnya lebih dari sama dengan 10 cm termasuk daun yang ukurannya panjang.
Kategori yang kedua adalah daun yang panjangnya kurang dari 10 cm termasuk daun
yang ukurannya pendek.
3.
Warna daun
Menurut karakteristik parameter
warna daun yang telah kami sebutkan diatas, maka hasil identifikasi tentang
warna daun dari 5 tumbuhan yang berbeda, di dapatkan bahwa A(1-10) memiliki
warna daun hijau tua dengan bintik hijau muda, hal ini berkaitan dengan kadar
klorofil yang terdapat pada daun A(1-10) dimana pada daun yang berusia tua,
telah memiliki kadar klorofil yang cukup banyak, selain itu pada daun yang
berusia tua telah memiliki karotenoid yang berguna untuk perlindungan, agar
klorofil tidak mengalami fotosintesis berlebih. Sehingga daun yang berusia tua
memiliki warna yang cenderung hijau tua, dibandingkan dengan warna daun berusia
muda. Selain itu, faktor penyinaran sinar matahari juga berpengaruh terhadap
warna daun, dimana daun tumbuhan yang di tempatkan pada tempat yang teduh
(kurang mendapatkan sinar matahari), tidak mampu membentuk klorofil secara
sempurna, karena kurangnya intensitas cahaya yang diperlukan pada proses reaksi
terang, sehingga daun akan memiliki warna yang berwarna-warni. Kemudian pada
tumbuhan B(1-10) memiliki warna hijau tua dengan selang-seling hijau muda,
karena berkaitan juga dengan kadar klorofil dan lamanya intensitas cahaya yang
di terima. Selanjutnya pada daun tumbuhan C (1-10) memiliki warna daun hijau
tua, karena warna hijau tua berkaitan dengan kadar klorofil yang di miliki oleh
daun berusia tua, yang memiliki kadar klorofil yang lebih banyak dan kandungan
karotenoid yang berguna untuk perlindungan, agar klorofil tidak mengalami
fotosintesis berlabih. Selain itu faktor lamanya intensitas penyinaran cahaya
juga sangat berpengaruh terhadap warna daun, dimana daun yang terkena sinar
matahri secara penuh, akan memiliki warna yang lebih hijau, karena kandungan
klorofilnya yang di hasilkan dari reksi terang.
Kemudian pada daun tumbuhan D(1-10) memiliki warna daun hijau muda, hal
ini berkaitan dengan kadar klorofil dan intensitas cahaya yang diterima, karena
kedua faktor itu sangat terkait dengan warna daun yang dihasilkan, dimana daun
dengan warna hijau muda, menandakan kurangnya kadar klorofil. Selanjutnya
pengamatan kami pada daun tumbuhan E(1-10) memiliki daun hijau tua, yang
disebabkan oleh kadar klorofil dan intensitas cahaya, yang sudah dijelaskan
diatas, Selain itu faktor ketersediaan air dan makanan juga sangat berpengaruh
terhadap warna daun yang dihasilkan pada tumbuhan.
4.
Tinggi batang
Menurut karakteristik parameter
panjang batang yang telah kami sebutkan diatas, maka hasil identifikasi
terhadap tumbuhan B, didapatkan bahwa tumbuhan B(1-8) serta tumbuhan B(10)
memiliki ukuran panjang batang yang panjang, sedangakan tumbuhan B(9) memiliki
ukuran panjang batang yang pendek. Kami melekukan pengukuran panjang batang
pada tumbuhan B dengan menggunakan mistar dengan ketelitian 0,1, serta dalam
pengamatan ini, kami mengelompokan batang yang memiliki ukuran panjang kurang
dari 140 cm, termasuk batang yang memiliki ukuran panjang batang yang pendek,
sedangkan batang yang memiliki ukuran panjang lebih dari atau sama dengan 150
cm, termasuk batang yang memiliki ukuran panjang batang yang panjang.
5.
Bentuk tulang
daun
Menurut karakteristik parameter
bentuk tulang daun yang telah kami sebutkan diatas, maka hasil identifikasi
terhadap tumbuhan C, di dapatkan bahwa tumbuhan C(1-10) memiliki bentuk tulang
daun melengkung, dikatakan demikian, karena daun ini memilki beberapa tulang
yang besar, satu di tengah, yaitu yang paling besar, sedang yang lainnya
mengikuti jalannya tepi daun. Jadisemula memencar kemudian kembali menuju ke
satu arah yaitu ke ke ujung daun, hingga selain tulang yang ditengah semua
tulang-tulangnya kelihatan melengkung.
KEGIATAN
4
KUNCI
DETERMINASI
1.
a. Tepi daun
rata..........................................................................................
2
b. tepi daun tidak rata
..................................................................................
3
2.
a. Pangkal daun rata/rompang
.................................................................... Daun H
b.
Pangkal daun tidak rata/rompang
............................................................ 4
3.
a. Tepi daun bergerigi
.................................................................................
Daun E
b.
Tepi daun berombak
................................................................................
Daun I
4.
a. Tulang daun bersatu dengan
tulang cabang lain
.................................... 5
b.
Tulang daun tidak bersatu dengan
tulang cabang lain.............................. 6
5.
a. Ujung daun
meruncing.............................................................................
7
b.
Ujung daun tumpul
.................................................................................
Daun C
6.
a. Ujung daun menyirip
..................................................................................
Daun F
b.
Ujung daun tidak menyirip
....................................................................... 8
7.
a. Bentuk daun bangun jantung
...................................................................... Daun A
b.
bentuk daun jorong
...................................................................................
Daun D
8.
a. Ujung daun
melengkung..............................................................................
Daun G
a.
ujung daun menncapai tepi
daun............................................................... B
BAGAN
KLASIFIKASI
Kegiatan
dengan topik klasifikasi makhluk hidup dilakukan pada hari Kamis, 3 Oktober
2013 di Kebun Biologi. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengidentifikasi
dasar-dasar yang dapat digunakan dalam pengklasifikasian, mengelompokkan secara
dikotomi berdasarkan ciri morfologi dan mengidentifikasi pola persamaan dan
perbedaan dalam suatu kelompok hasil klasifikasi berdasarkan takson.
Klasifikasi
bertujuan untuk menyederhanakan objek studi itu pada hakekatnya tidak lain
untuk mencari keseragaman dalam keanekaragaman. Kesamaan-kesamaan atau
keseragaman itulah yang dijadikan dasar dalam mengadakan klasifikasi. (Gembong
Tjitrosoepomo,1991:5)
Dasar-dasar
klasifikasi salah satunya adalah ciri morfologi dan anatomi. Dasar klasifikasi
yang mendasari kegiatan ini adalah ciri morfologi. Praktikan mengamati bentuk
luar objek biologi yang ada dan kemudian mengidentifikasinya serta
mengelompokkannya kedalam beberapa kategori.
Langkah
awal dalam kegiatan ini adalah mengambil 9 sampel daun yang bervariasi dan
memberinya label A hingga I. Selanjutnya, praktikan mengidentifikasi
masing-masing daun secara bergantian. Parameter yang dipakai adalah bentuk
daun, ujung daun, pangkal daun, tulang daun, dan tepi daun.
Langkah
selanjutnya yang dilakukan praktikan adalah mengelompokkan semua daun kedalam
beberapa grup. Berdasarkan tepi daun (margo
folii), praktikan mengelompokkan kesembilan daun kedalam dua jenis tepi
daun, yaitu tepi daun rata (integer)
dan tidak rata. Tepi daun rata (integer)
memiliki jumlah anggota yang lebih banyak yaitu A, B, C, D, F, G, dan H.
Sehingga ada dua daun yang memiliki tepi daun tidak rata yaitu daun E dan daun
I. Tepi daun E dan I dianggap tidak rata karena memiliki toreh (divisus). Toreh yang ada pada daun E dan I merupakan tepi daun
dengan toreh yang merdeka, yaitu bergerigi (serratus)
dan berombak (repandus). Sehingga,
diperoleh klasifikasi daun E yaitu tepi daun bergerigi (serratus) dan pengkalsifikasian untuk daun I yaitu memiliki tepii
daun berombak (repandus).
Ketujuh daun lain yang termasuk dalam kelompok tepi daun
yang rata (integer) diklasifikasikan lagi berdasarkan pangkal
daun (basis folii). Menurut
pengamatan praktikan, hanya daun H yang memiliki pangkal daun yang rata atau
rompang (truncatus). Sehingga daun H
merupakan daun yang memiliki tepi daun dan pangkal daun rata. Sementara keenam
daun lain termasuk kategori pangkal daun tidak rata atau rompang. Tidak hanya
sampai pada pangkal daun, praktikan mengelompokkan daun-daun yang tersisa
berdasarkan tulang daun (nervatio).
Menurut pengamatan praktikan, ada hal yang mencolok diantara dedaunan yang
tersisa yaitu tulang daun yang tumbuh kesamping membentuk cabang. Sehingga,
praktikan mengelompokkannya kedalam dua jenis, yaitu tulang daun yang bersatu
dengan tulang cabang lain dan tulang daun yang tidak bersatu dengan tulang
cabang lain. Tulang daun yang bersatu dengan tulang cabang lain dimiliki oleh
daun A, C, dan D. Mengapa demikian karena pada daun A, C, dan D, tulang-tulang
cabang yang berada didekat tepi daun membengkok keatas dan bertemu dengan
tulang cabang yang berada diatasnya, demikian seterusnya. Sementara daun B
memiliki tulang cabang mencapai tepi daun, daun F memiliki tulang daun
melengkung (cervinervis) karena
terdapat tulang yang paling besar ditengah daun dan semua tulang berakhir atau
menuju ke satu ujung daun, dan tulang daun G dianggap memiliki tulang daun
menyirip (penninervisi) karena
susunannya mirip dengan sirip-sirip ikan. Satu ibu tulang tepat lurus berada
ditengah mulai dari pangkal hingga ujung daun dan dari ibu tulang ini muncul
cabang-cabang yang arahnya kesamping.
Kategori tulang daun bersatu dengan tulang cabang lain
yang beranggotakan daun A, C, dan D dipisah lagi menjadi dua kriteria, yaitu
ujung daun meruncing (acuminatus) dan
tumpul (obtusus). Ujung daun yang
tumpul (obtusus) adalah daun C dan
ujung daun yang meruncing (acuminatus)
adalah daun A dan D. Menurut pengamatan praktikan, pertanda bahwa daun C
mempunyai ujung yang tumpul sangat terlihat dari sudutnya yang tumpul meskipun
praktikan tidak memastikan berada sudut yang dibentuk oleh daun tersebut.
Selain itu, tepi daun yang semula masih agak menjauh dari ibu tulang, makin
mendekat ke suatu titik pertemuan. Sehingga, diperoleh klasifikasi untuk daun
C, yaitu tepi daun rata (integer),
pangkal daun tidak rata, tulang daun bersatu dengan tulang cabang lain dan
ujung daun tumpul (obtusus). Untuk
daun A dan D, pengamat berhasil mengidentifikasi perbedaan dari kedua daun ini.
Perbedaannya terletak pada bentuk daun (circumscriptio).
Daun A berbentuk bangun jantung (cordatus),
sedangkan daun D berbentuk jorong (ovalis
atau ellipticus). Bentuk daun bangun
jantung adalah bentuk daun yang paling tepat karena pangkal daun bertoreh atau
berlekuk. Bangun seperti bulat telur tetapi
pangkal daun memperlihatkan sebuah lekukan. Sehingga didapatkan klasifikasi
daun A yaitu tepi daun rata, pangkal daun tidak rata, tulang daun bersatu
dengan tulang cabang lain, ujung daun meruncing dan bentuk daun bangun jantung.
Sementara untuk daun D, menurut praktikan, memiliki bentuk daun jorong karena
bagian yang lebar berada ditengah-tengah helaian daun dan perbandingan
panjang:lebar = 2:1. Sehingga diperoleh klasifikasi yang lebih lengkap untuk
daun D, yaitu tepi daun rata (integer), pangkal daun tidak rata, tulang daun
bersatu dengan tulang cabang lain, ujung daun meruncing (acuminatus) dan bentuk daun jorong (ovalis atau ellipticus).
Dari
klasifikasi yang telah diperoleh, praktikan dapat mengidentifikasi hubungan
kekerabatan antar daun. Daun A dan daun D memiliki hubungan kekerabatan yang
dekat karena banyak persamaan antar kedua daun tersebut mulai dari tepi daun
hingga ujung daun. kedua daun tersebut sama-sama memiliki ujung daun meruncing,
tulang daun yan bersatu dengan tulang cabang lain, pangkal daun tidak rata dan
tepi daun yang rata.
Perbedaan
yang sangat banyak terlihat pada daun E dan A. Dari parameter pertama yang
dipakai yaitu tepi daun, kedua daun memiliki tepi daun yang berbeda sehingga
tidak berada dalam satu kelompok. Dengan
kata lain, daun E dan daun A memiliki hubungan kekerabatan yang jauh. Karena
berdasarkan literature yang pernah dibaca oleh praktikan, semakin banyak
perbedaan pada dua objek yang dibandingkan dan sedikit persamaan ciri, maka
hubungan kekerabatannya semakin jauh.
G.
KESIMPULAN
Berdasarkan observasi kegiatan 3 yang kami
lakukakan dapat disimpulkan bahwa :
1.
Populasi adalah kumpulan dari individu sejenis
yang secara bersama menempati suatu habitat pada waktu tertentu. Karakter dari
populasi A-E itu adalah mereka selalu bersama-sama membentuk suatu kelompok
besar maupun kelompok kecil. Individu yang satu dengan individu yang lain
mempunya sifat dan ciri yang indentik (hampir sama bahkan ada yang sama).
Misalnyamasing-masing individu pohon pepaya yang memiliki warna daun hijau tua
sedangkan bentuk daunnya majemuk
menjari.
2.
Parameter-parameter kami pada observasi populasi kegiatan 3 yaitu:
warna daun, tinggi daun, bentuk daun, bentuk tulang daun, dan panjang daun.
Setelah kita mengamati ataupun mengukur kami mendapati bahwa masing-masing
individu memiliki ciri yang sama ataupun hampir sama.
3.
Inidividu satu dengan individu lain memiliki
ciri morfologi yang sama ataupun hampir sama. Misalnya seperti pada tumbuhan
melati air 1 dan tumbuhan melati air 2 memiliki ciri bentuk tulang daun
melengkung dan warna daun hijau muda.
4.
Inidividu satu dengan individu lain memiliki
ciri morfologi yang sama ataupun hampir sama. Misalnya seperti pada tumbuhan
sansivera 7 dan tumbuhan sansivera 8
memiliki ciri panjang daun 20 cm dan warna daun hijau tua, selang-seling
hijau muda .
5.
Antara individu tumbuhan florida beauty yang
satu dengan yang lainnya memiliki banyak persamaan sifat dan ciri. Tetapi
antara individu tumbuhan euforbia dengan individu tumbuhan melati air memiliki
banyak perbedaan ciri dan sifat, hal ini menunjukan semakin banyak perbedaan antara individu yang satu
dengan individu yang satu dengan individu yang lain semakin jauh kekerabatanya.
Berdasarkan observasi kegiatan 4 yang kami
lakukakan dapat disimpulkan bahwa :
1.
Dasar-dasar yang digunakan dalam
pengklasifikasian adalah sistem Carolus Linnaeus meliputi 3 yaitu :
anatomi-morfologi populasi, susunan genetis populasi, dan ekologi.
2.
Daun
dikelompokan dilihat berdasarkan pangkal daun, ujung daun, tulang daun, bentuk
daun, dan tepi daun. Masing-masing daun memiliki ciri ada yang sama seperti
B,D,H memeliki kesamaan dalam bentuk pangkal daun yaitu tumpul dan ada juga
yang memiliki ciri yang berbeda seperti pada A,C memiliki bentuk ujung daun
yang berbeda yaitu meruncing dan tumpul.
3.
Masing-masing
memiliki pola persamaan dan perbedaan dalam bentuk pangkal daun, ujung daun,
tulang daun, bentuk daun, dan tepi daun. Masing-masing dari mereka tidak ada yang semuanya sama
karena spesies mereka berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Nugroho, L.
Hartanto dan Issinep Sumardi. 2004. Biologi
Dasar. Jakarta: Penebar Swadaya
Yatim, wildan.1987.Biologi Modern. Bandung: Tarsito.
Sumber : Anonim
di ambil dari http://nha-withstyle-blogspot.com/2011/10/evercolour-dinamikawarna-daun
-tanaman.html di ambil pada kamis,10 oktober 2013
Sumber :
Wikipedia.com
Tjitrosoepomo,
Gembong. 1985. Morfologi Tumbuhan.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Perss.
LAMPIRAN
LAMPIRAN