LAPORAN
PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR
PENGARUH
PEMBERIAN BEBERAPA MACAM DAUN TERHADAP PERTUMBUHAN CACING GELANG
Disusun
oleh:
Sarah
Rahmawati 13312241043
Vera
Rosdianawati 13312241048
Nurlina Rafidah 13312241xxx
PRODI PENDIDIKAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2013/2014
HALAMAN
PENGESAHAN
Laporan
praktikum biologi dasar yang berjudul “Pengaruh Pemberian Beberapa Macam Daun
terhadap Pertumbuhan Cacing Gelang ” yang telah disetujui dan disahkan pada :
Hari/tanggal : Kamis, 31 Oktober
2013
Pukul : 13.00-14.40 WIB
Tempat : Laboratorium Biologi Dasar
Yogyakarta, 31 Oktober 2013
Asisten, Praktikan,
Dosen Pengampu
A.
Latar Belakang
B.
Tujuan
Mengindentifikasi daun yang paling baik
untuk meningkatkan pertumbuhan cacing gelang
C.
Rumusan Masalah
Apa jenis daun yang paling baik untuk
pertumbuhan cacing gelang?
D.
Hipotesis
Jenis daun yang paling baik untuk
pertumbuhan cacing gelang adalah daun bayam.
E.
Dasar Teori
Hewan tanah adalah
hewan yang hidup di tanah, baik yang hidup di permukaan tanah maupun yang dalam
tanah. Kehidupan hewan tanah sangat bergantung pada habitatnya, karena
keberadaan dan kepadatan populasi suatu jenis hewan tanah di suatu daerah
sangat tergantung dari faktor lingkungan, yaitu lingkungan abiotik dan
lingkungan biotik. Faktor lingkungan
abiotik dibagi atas faktor fisika dan faktor kimia. Faktor fisika antara lain
ialah suhu, kadar air, porositas, dan tekstur tanah. Faktor kimia antara lain
ialah salinitas, pH, kadar organik tanah, dan unsur-unsur mineral tanah. Faktor
lingkungan biotik dalam tanah adalah organisme lain yang juga terdapat di
habitatnya seperti mikroflora, tumbuh-tumbuhan, dan golongan hewan lainnya.
Kelompok hewan tanah sangat banyak dan beraneka ragam,
mulai dari Protozoa, Nematoda, Annelida, Mollusca, Arthropoda, hingga
Vertebrata.
Phylum Annelida
berbeda dengan cacing lainnya, Annelida memiliki ciri-ciri sebagai berikut
1. Rongga
tubuh, saluran pencernaan makanan dan dinding tubuh merupakan coelom yang
sebenarnya, dilapisi oleh epidermis yang biasanya disebut peritonium.
2. Tubuh
terbagi atas ruas-ruas yang sering disebut metameri atau somit atau gelang.
3. Pada
bagian anterior terdapat ruas prae oral, yang disebut prostomium.
4. Sistem
saraf terdiri atas sepasang ganglion, dimana tiap-tiap ganglion dihubungkan
oleh sepasang saraf sehingga disebut sistem saraf tangga tali.
5. Tubuh
dilapisi oleh lapisan kutikula, tetapi bahannya bukan dari chitine.
6. Pada
rongga tubuh terdapat sekat chitine yang disebut septum.
Berikut ini adalah pembagian klas dari
filum Annelida
1. Klas
Chaetopoda
Caetopoda hidup di air laut, air tawar atau tanah yang
basah. Adanya ruas yang mudah dilihat sehingga tiap-tiap ruas dipisahkan oleh
septa, dan mempunyai coelom yang sebenarnya.
a. Ordo
Polychaeta
Hidup dalam air laut mempunyai banyak setae. Jenis
kelamin terpisah dan larvanya disebut larva trochophor, yaitu larva yang tidak
bisa bergerak sendiri hanya terbawa oleh plankton.
Contoh : Nereis virens
b. Ordo
Oligochaeta
Sebagian besar hidup di tanah yang basah dan air tawar. Hanya memiliki sedikit setae dan sedikit parapoda. Pada
bagian kepala tidak ada appendage (tambahan), hermaprodit dan tidak mempunyai
larva trochophor. Pada tingkat tertentu dapat menyuburkan tanah.
Contoh : Lumbricus
terrestris
2. Klas
Archiannelida
Merupakan Annelida laut yang kecil tak memiliki setae,
tidak memiliki parapoda.
Contoh : Pollygordius appendiculatus
3. Klas Hirudinae
Merupakan Annelida pipih
dorso-ventral, tidak mempunyai prostomium. Biasanya tubuh terdiri dari 32
segmen, mempunyai alat penghisap; pada akhir prosterior tubuh tidak memiliki
setae, parapoda dan hermaprodit. Coelomnya kecil karena tidak mempunyai
jaringan mesenchym
Contoh : Hirudo
medicinalis
Alat pencernaan Annelida terdiri atas rongga mulut,
pharynx, oesophagus, Crop, Gizzard atau Ventriculud, Intestinum, dan Anus.
Makanan cacing tanah terdiri atas daun-daunan, sisa
tumbuh-tumbuhan atau hewan yang ada di dalam tanah. Materi-materi tersebut
dikumpulkan pada malam hari dimana hewan-hewan tersebut aktif keluar dari
persembunyiannya dan menggaruk-garuk tanah dengan ekornya.
Berikut ini adalah beberapa kandungan daun singkong, daun
sawi hijau, daun bayam dan daun kangkung.
No
|
Jenis
|
Kandungan Kimia
|
Manfaat
|
1
|
Daun singkong (Manihot utilissima)
|
Daun
singkong mengandung vitamin A dan C, serta kalsium yang dosisnya rata-rata
lebh tinggi dibandingkan dengan sayuran daun lain.
(Lukas
T Adi, 2007:120)
|
Daun
singkong berkhasiat sebagai antioksidan yang mencegah proses penuaan,
meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit dan mencegah
penyakit tulang seperti remetik dan asam urat. Selain itu, daun singkong juga
berkhasiat sebagai antikanker, mencegah konstipasi dan anemia, serta
meningkatkan daya tahan tubuh.
(Lukas
T Adi, 2007:120)
|
2
|
Daun Sawi Hijau (Brassica juncea)
|
Sawi mengandung asama-asam amino (triptofan, treonin,
isoleusin), kalsium, fosfor, zat besi, serta vitamin A, B1, dan C.
(Sri Haryanto, 2006:66)
|
Sawi dapat mengobati kepala pening, haid tidak teratur,
dan keputihan.
(Sri Haryanto, 2006:66)
|
3
|
Daun Bayam (Amarathus sp.)
|
Bayam merupakan sumber vitamin A dan C, serta mineral
Fe, Ca, dan K. Kandungan besinya (Fe) cukup tinggi, 2 kali lebih banyak
daripada sayuran lainnya. Selain itu, bayam juga mengandung karotenoid,
klorofil, dan senyawa nitrosamine.
(Lukas T Adi, 2007:118)
|
Bayam
baik untuk kesehatan limpa, urine, sistem pencernaan, dan mengurangi resiko kanker
paru.
(Lukas
T Adi, 2007:118)
|
4
|
Daun Kangkung (Ipomoea aquatica Forsk)
|
Kangkung
mengandung saponin, flavonoida, polifenol, karotenoid, vitamin A dan C,
mineral besi, kalsium, serta fosfor dan kalori.
(Lukas
T Adi, 2007:123)
|
Daun
kangkung berkhasiat sebagai obat sulit tidur, mencegah konstipasi dan
menurunkan tegangan saraf, secara tidak langsung dapat meredakan sakit akibat
tekanan darah tinggi.
(Lukas
T Adi, 2007:123)
|
F.
Metode Praktikum
1. Tempat
dan Waktu Praktikum
Tempat : Depan Laboratorium Biologi FMIPA UNY
Waktu : 7-11 Oktober 2013
2. Alat
dan Bahan
a. Cacing
gelang
b. Serbuk
daun yang sudah dikeringkan (daun singkong, daun sawi hijau, daun bayam, daun
kangkung)
c. Tanah
d. Sendok
e. Botol
aqua
f. Timbangan
3. Prosedur
a. Mengumpulkan
beberapa ekor cacing gelang
b. Menyiapkan
8 botol aqua kosong berukuran 600 ml
c. Memasukkan
15 sendok tanah kedalam setiap botol
d. Menimbang
dan mencatat berat awal cacing
e. Memasukkan
serbuk daun singkong ke dalam botol 1 dan 2, serbuk daun sawi ke dalam botol 3
dan 4, serbuk daun bayam ke dalam botol 5 dan 6, serbuk daun kangkung, lalu
memastikan tercampur rata dengan tanah
f. Memasukkan
cacing yang telah ditimbang ke dalam botol, masing-masing botol 3 cacing
g. Membiarkan
cacing selama 5 hari, lalu menimbang berat akhir cacing dan mencatat hasilnya
G.
Hasil dan Pembahasan
Serbuk Daun
|
Botol
|
Cacing
|
Berat Awal (gram)
|
Berat Akhir (gram)
|
Pertambahan Berat
|
Rata-rata Pertambahan Berat
|
Serbuk Daun Singkong
|
1
|
1
|
2,73
|
3,35
|
0,62
|
-
|
2
|
2,30
|
2,62
|
0,32
|
|||
3
|
2,40
|
3,13
|
0,73
|
|||
2
|
1
|
3,54
|
mati
|
-
|
||
2
|
3,57
|
mati
|
-
|
|||
3
|
2,58
|
3,53
|
0,95
|
|||
Serbuk Daun Sawi Hijau
|
3
|
1
|
2,65
|
3,39
|
0,74
|
0,53
|
2
|
2,98
|
3,66
|
0,68
|
|||
3
|
2,30
|
2,79
|
0,49
|
|||
4
|
1
|
2,31
|
2,68
|
0,37
|
||
2
|
1,93
|
2,36
|
0,43
|
|||
3
|
2,43
|
2,87
|
0,44
|
|||
Serbuk Daun Bayam
|
5
|
1
|
2,28
|
2,88
|
0,60
|
0,35
|
2
|
2,26
|
2,75
|
0,49
|
|||
3
|
2,68
|
2,97
|
0,29
|
|||
6
|
1
|
1,56
|
1,77
|
0,21
|
||
2
|
2,55
|
2,79
|
0,24
|
|||
3
|
2,16
|
2,45
|
0,29
|
|||
Serbuk Daun Kangkung
|
7
|
1
|
2,26
|
2,80
|
0,54
|
0,40
|
2
|
2,49
|
2,88
|
0,39
|
|||
3
|
1,56
|
1,79
|
0,23
|
|||
8
|
1
|
1,99
|
2,36
|
0,37
|
||
2
|
2,61
|
3,18
|
0,57
|
|||
3
|
1,37
|
1,69
|
0,32
|
Berdasarkan tabel
hasil percobaan diketahui bahwa rata-rata pertambahan berat cacing yang paling
besar adalah cacing yang diberi makan dengan serbuk daun sawi hijau. Jadi,
jenis daun yang paling baik untuk pertumbuhan cacing gelang adalah daun sawi
hijau. Hasil ini tidak sesuai dengan hipotesis awal yaitu jenis daun yang
paling baik untuk pertumbuhan cacing gelang adalah daun bayam.
Hal ini karena daun sawi hijau mengandung kadar vitamin
K, A, C, E, dan folat pada sawi tergolong dalam kategori excellent. Mineral
pada sawi yang tergolong dalam kategori excellent adalah mangan dan kalsium.
Sawi juga excellent dalam hal asam amino triptofan dan serat pangan
(dietaryfiber). Kandungan vitamin K pada sawi sangat tinggi, yaitu mencapai
419,3 mkg per cangkir. The George Mateljan Foundation (2006) menggolongkan sawi
dalam kategori excellent sebagai sumber vitamin E. Mangan sangat esensial untuk
proses metabolisme tubuh, sedangkan triptotan merupakan protein utama
penghubung antarsaraf dan pengatur pola kebiasaan (neurobehaviour} yang
berdampak kepada pola makan, kesadaran, persepsi atas rasa sakit, dan pola
tidur. Isoleusin menyediakan energi. Jadi, cacing yang diberi makan dengan daun
yang mengandung Triptofan akan lebih tenang dan memiliki pola makan yang baik.
Sementara daun bayam
bersifat bersifat laksatif (pencahar), baik digunakan untuk diet mengurangi
berat badan. (Lukas T Adi, 2007:118) Laksatif atau urus-urus atau pencahar
ringan adalah obat yang berkhasiat untuk memperlancar pengeluaran isi usus.
Disebut juga sebagai aperients dan aperitive.
Pada botol 2 dengan
pemberian makanan serbuk daun singkong, terdapat 2 cacing yang mati. Hal ini
terjadi karena daun singkong mengandung senyawa antinutrisi yang membatasi
penggunaan daun singkong adalah kandungan hidrogen sianida (HCN), tannin dan
asam fitat. Sianida adalah senyawa toksik pada tanaman singkong yang terdapat
dalam tanaman dalam bentuk glukosida sianogenik. Kandungan Asam sianida (HCN) dalam daun
singkong merupakan salah satu senyawa pembatas dalam penggunaan daun singkong
sebagai pakan ternak. Interval jumlah kandungan HCN pada daun singkong umumnya
berkisar antara 20 sampai 80 mg per 100 g berat segar daun singkong, atau dari
800 sampai 3.200 mg/kg bahan kering (BK). Komposisi HCN pada daun singkong
lebih tinggi dibandingkan dengan umbi singkong (Ravindran, 1992). Varietas dan tingkat kematangan adalah faktor utama
penyebab variasi dari komposisi sianida (CN) dari daun singkong (Chhayet al.,
2001). HCN dalam jumlah lebih dari 1 mg/kg bb per hari dapat menimbulkan
gangguan kesehatan. HCN terbentuk dari senyawa glikosida sianogenik singkong
yaitu linamarin dan lotaustralin. Tetapi
proses pengolahan dapat mengurangi kadar HCN yang terbentuk, seperti kombinasi
pemotongan dan pengeringan dapat mengurangi tingkat HCN hingga level yang tidak
berbahaya. Oleh karena itu proses pengolahan sangat penting untuk mengurangi
bahaya HCN.
H.
Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Jenis
daun yang paling baik untuk pertumbuhan cacing gelang adalah daun sawi hijau.
2. Saran
Cacing
gelang bermanfaat sebagai obat typhus, disarankan kepada para peternak cacing
gelang agar menggunakan daun sawi hijau untuk pemberian makanan terhadap cacing
gelang.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Lukas T. 2007. Terapi
Herbal Berdasarkan Golongan Darah. Jakarta : PT AgroMedia Pustaka.
Arisman. 2009. Keracunan
Makanan : Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Haryanto, Sri. 2006. Sehat
dan Bugar Secara Alamai. Depok : WismaHijau.
Jasin, Maskoeri. 1984. Zoologi
Invertebrata. Surabaya : Sinar Wijaya.
Beck, D Elden. Braithwate, Lee F. 1968. Invertebrate
Zoology Third Editon. Utah : Burgess Publishing Company.
Suin, Nurdin Muhammad. 1989. Ekologi Hewan Tanah. Jakarta : Bumi Aksara.
Manfaat dan Kandungan
Sawi. Diunduh dari http://minumanbandrek.blogspot.com/2013/07/manfaat-dan-kandungan-sawi.html pada 30 Oktober 2013
Hernandy, Enjang. Asam
Amino Komponen Penyusun Protein. Diunduh dari http://hernandhyhidayat.wordpress.com/asam-amino-komponen-penyusun-protein/ pada 30 Oktober 2013
Amazine. Jenis Asam Amino: Ketahui Fungsi 11 Asam
Amino Terpenting. Diunduh dari http://www.amazine.co/18035/jenis-asam-amino-ketahui-fungsi-11-asam-amino-terpenting/ pada 30 Oktober 2013
Anindita, Ahimsa Yoga.
2011. Interna - Gastroenterohepatologi – Laksatif. Diunduh dari http://dokterahimsa.blogspot.com/2011/12/interna-gastroenterohepatologi-laksatif.html
pada 30 Oktober 2013
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/60273/BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf?sequence=3 pada 30 Oktober 2013
Arifin, Muhammad Nur.
2012. Kandungan dan Manfaat Daun Singkong. Diunduh dari https://plus.google.com/113864666130457580668/posts/FxrqqLCq4cf pada 30 Oktober 2013
LAMPIRAN
No comments:
Post a Comment