Thursday, November 7, 2013

pembahasan



Hydrilla sp.
Bedasarkan literatur, klasifikasi ilmiah tumbuhan Hydrilla yaitu
Kingdom         : Plantae     
Divisio             : Magnoliophyta
Kelas               : Liliopsida
Ordo                : Hydrocharitales
Famili              : Hydrocharitaceae
Genus              : Hydrilla
Spesies            : Hydrilla verticillata

Hydrilla (Esthwaite rumput air atau Hydrilla) adalah genus tanaman air, biasanya hanya satu spesies, Hydrilla verticillata, meskipun beberapa ahli botani membaginya dalam beberapa spesies. Sinonim termasuk H. asiatica , H. asiatica, H. japonica , H. japonica, H. lithuanica , H. lithuanica, dan H. ovalifolica . ovalifolica. Tumbuhan ini asli dan hidup di perairan hangat hingga dingin dari Asia , Eropa , Afrika dan Australia , dan tersebar; di Eropa, dilaporkan dari Irlandia , Britania Raya , Jerman , dan Amerika Baltik , dan di Australia dari Northern Territory , Queensland , dan New South Wales . (Anonim a. 2006)
1.      Akar
Dari hasil observasi ditemukan akar Hydrilla di substrat dan tumbuh ke permukaan air. Akar Hydrilla berbentuk halus, kecil, dan berwarna  putih ke orange.
2.      Batang
Dari hasil observasi ditemukan batang Hydrilla memiliki warna hijau. Panjang batang Hydrilla dapat tumbuh hingga 30 kaki.  Masing - masing batang dapat menghasilkan sampai  15 rimpang . Batang memiliki diameter  sekitar 1/20 ke 1/8 inci dan memiliki panjang sampai 18 meter. Dua sampai delapan cabang terbentuk pada setiap node. Pada ruas (bagian dari batang antara node) yang lebih panjang (sekitar  4 inci atau lebih) dekat pangkal batang dan menjadi lebih pendek (kurang dari 1 inci) sebagai batang mendekati permukaan. Cabang batang mendekat ke permukaan air dan menyebar secara horizontal.
3.      Daun
Dari hasil observasi ditemukan daun Hydrilla sp. memiliki daun berwarna hijau dan tipis. Daunnya sempit memanjang dengan panjang 1,6 cm. Setiap tiga sampai empat helai daun tumbuh terkonsentrasi membentuk ruas-ruas pada batang. Jarak antar ruas semakin ke ujung batangnya jarang dan semakin rapat, terutama pada area 4 cm dari ujung batang. Susunan daun Hydrilla adalah tunggal, tepi daunnya bergerigi. Ciri tangkai dari Hydrilla adalah tangkainya lurus, mempunyai sedikit cabang, diameter tangkai 0,1 cm. Warna tangkai hijau dan licin karena mempunyai lapisan lilin.
Berdasarkan teori struktur anatomi daun Hydrilla yaitu pada bagian tepi jaringan tersebut. Nampak ada bagian-bagian sel yang berbentuk lancip, ini merupakan jaringan-jaringan yang tersusun dalam/atas sel-sel Epidermis yang terdapat struktur tambahan yang merupakan derivate epidermis yaitu trikomata (rambut daun).
(Mochamad, nasir.dkk.1993;21)
Trikomata ini menyerupai bentuk duri yang berada paling luar suatu organ sehingga sesuai dengan fungsinya sebagai pelindung organ dalam selain itu jaringan epidermis yang berfungsi untuk mengurangi kehilangkan air, penyerapan air dan kehilangan air. Epidermis pada daun biasanya hanya selapis sel saja yang tersusun rapat tanpa ruang antar sel.
Setelah dilakukan pengamatan di bawah mikroskop diperoleh susunan sel berbentuk heksagonal panjang seperti susunan bata, di dalamnya terdapat bintik-bintik berwarna hijau yang disebut kloroplas. Hydrilla memiliki kloroplas istimewa, karena hidup di air yang dalam. Pergerakan kloroplas di dalam sel Hydrilla disebut dengan siklosis. Gerak yang terjadi pada kloroplas Hydrilla adalah gerak endonom, di mana gerak edonom adalah gerak yang tidak diketahui penyebab luarnya. Gerak ini dikenal pula sebagai gerak spontan, karena tumbuhan tersebut melakukan gerakan secara spontan tanpa perlu adanya rangsangan dari luar.
Kloroplas pada Hydrilla jauh lebih besar dari pada timbuhan darat lainnya. Itu disebabkan karena Hydrilla hidup di dalam air, sehingga kloroplas yang besar tersebut berfungsi untuk menangkap cahaya matahari yang lebih banyak untuk melakukan proses fotosintesis. Tumbuhan Hydrilla tidak mempunya stomata, karena Hydilla hidup di dalam air, sehingga tidak memerlukan oksigen dari luar.

Eceng Gondok
Bedasarkan literatur, klasifikasi ilmiah tumbuhan Eceng Gondok yaitu
Kingdom         : Plantae
Divisi               : Spermatophyta
Sub divisi        : Angiospermae
Kelas               : Monocotyledoneae
Suku                : Pontederiaceae
Marga              : Eichhornia
Jenis                : Eichornia crassipes 

Di Indonesia, tanaman Eichornia crassipes dikenal dengan nama Eceng Gondok. Termasuk salah satu tanaman air yang populer di Indonesia. Awalnya didatangkan dari Brazil oleh orang-orang Belanda sebagai tanaman hias. Tanaman yang mampu berkembang pesat ini kemudian dianggap sebagai gulma air. Namun, kini banyak dimanfaatkan sebagai filter air dari polusi logam-logam berat. Bahkan sudah dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan dan pakan ternak.
1.    Akar
Berdasarkan observasi kelompok 2, Eceng Gondok memiliki akar serabut. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada. Menurut teori, akar Eceng Gondok menggantung dan berambut, tumbuh memanjang ke dalam air. Eceng gondok mempunyai tudung akar yang mencolok. Akarnya memproduksi sejumlah besar akar lateral, yaitu 70 buah/cm. Akar menunjukkan variasi yang kecil dalam ketebalan, tetapi panjangnya bervariasi mulai dari 10 – 300 cm. Sistem perakaran eceng gondok pada umumnya lebih dari 50% dari seluruh biomassa tumbuhan, tetapi perakarannya kecil apabila tumbuh dalam lumpur. Tumbuhan yang tumbuh pada limbah domestik mencapai tinggi sampai 75 cm, tetapi sistem perakarannya pendek (Wakefield, 1962). Sumber lain menjelaskan bahwa eceng gondok yang tumbuh pada air yang kaya akan unsur hara mempunyai petiole (batang) yang panjangnya lebih dari 100 cm, tetapi akarnya pendek yaitu kurang dari 20 cm (Bagnall et al.,1974).
Bulu-bulu akar yang berserabut berfungsi untuk  pegangan atau jangkar tanaman. Peranan akar eceng gondok lebih pada kemampuannya dalam menyerap zat-zat yang diperlukan di dalam air. Pada ujung akar terdapat kantung akar yang mana di bawah sinar matahari akan berwarna merah, susunan akarnya dapat mengumpulakan lumpur atau partikel-partikel zat yang terlarut dalam air. Eceng gondok mempunyai zat humat yang bisa menghasilkan senyawa fitohara dan mampu mempercepat akar tanaman.
2.    Tangkai
Tangkai eceng gondok menggembung, di dalam gembungannya tersebut terdapat udara yang berfungsi membantu pengapungan tanaman pada permukaan air. Udara yang terdapat di dalam rongga udara ini diperoleh dari hasil fotosintesis. Menurut Pandey ( 1980 ) Rongga udara selain sebagai alat pengapungan juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan oksigen dari proses fotosintesis. Oksigen ini digunakan untuk respirasi tumbuhan di malam hari dengan menghasilkan karbondioksida yang akan terlepas ke dalam air.
Dari hasil observasi Eceng gondok mempunyai tangkai daun lunak, berwarna hijau, dan  menggembung pada bagian pangkal sampai ke tengah dan mengecil sampai ke pangkal daun. Struktur morfologi ini sangat berbeda dengan struktur morfologi tangkai daun tumbuhan lain yang tidak mengapung diair. Perbedaan ini disebabkan oleh penyesuaian diri (adaptasi morfologi) terhadap fungsi dan lingkungannya, yaitu berfungsi sebagai pelampung dihabitatnya (daerah perairan).
Struktur anatomis batang eceng gondok yang diamati adalah penampang melintang melalui mikroskop dengan perbesarn 0,1 kali. hasil pengamatan menggunakan mikroskop sesuai dengan gambar berikut:
                                                            3                      2                 1
Keterangan : 1. Jaringan Epidermis
2. Jaringan Parenkim
               3. Jaringan Pengangkut
Berdasarkan gambar tersebut dapat diketahui bahwa struktur anatomis batang Eceng gondok terdiri dari beberapa jaringan penyusun organnya. Jaringan penyusun tersebut berupa jaringan epidermis, jaringan dasar  (parenkim), dan jaringan pengangkut (xylem dan floem).
a.         Jaringan Epidermis
Epidermis merupakan jaringan paling luar yang menutupi permukaan organ tumbuhan.  Fungsi utama jaringan epidermis adalah sebagai pelindung jaringan yang ada di bagian sebelah dalam. Ciri khas sel epidermis adalah sel-selnya rapat satu sama lain membentuk bangunan padat tanpa ruang antar sel.
b.         Jaringan Parenkim
Jaringan parenkim yang nampak pada penampang melintang batang Eceng gondok didominasi oleh jaringan aerenkim. Jaringan aerenkim merupakan jaringan parenkim yang ruang antar selnva besar, sel- sel penyusunnya bulat, dan banyak rongga udara diantara sel-sel penyusunnya. Jaringan aerenkim pada batang eceng gondok ini nampak seperti spons yang berongga.
Tangkai daun Eceng Gondok menggembung dikarenakan secara anatomis jaringan parenkim batangnya mempunyai rongga-rongga udara yang disebut jaringan aerenkim atau jaringan parenkim udara. Hal ini dikarenakan rongga-rongga berisi udara tersebut digunakan untuk meringankan tubuh tumbuhan (Eceng Gondok). Fungsi dari struktur ini adalah untuk mengapung di permukaan air sesuai dengan habitatnya yaitu di lingkungan berair. Berbeda dengan tangkai daun tumbuhan yang hidup di permukaan tanah yang secara umum tangkai daunnya padat berisi jaringan-jaringan yang tidak menyimpan atau mengandung udara. Justru jaringan parenkimnya kebanyakan mengandung cadangan makanan dan air, dan tentu saja tidak menggembung seperti eceng gondok. Bentuk tangkai daun atau batang tanaman Eceng Gondok ini merupakan adaptasi morfologi.
c.         Jaringan Pengangkut
Jaringan pengangkut terdiri atas sel-sel xilem dan floem, yang membentuk berkas pengangkut (berkas vaskuler). Xilem berperan mengangkut air dan mineral dari dalam tanah ke daun, sedangkan floem berfungsi mengedarkan hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tumbuhan.
1)        Xilem
Xilem merupakan jaringan kompleks karena tersusun dari beberapa tipe sel yang berbeda. Penyusun utamanya adalah trakeid dan trakea sebagai saluran pengangkut air dengan penebalan dinding sel yang cukup tebal sekaligus berfungsi sebagai penyokong. Xilem juga tersusun atas serabut, sklerenkim, serta sel-sel parenkim yang hidup dan berperan dalam berbagai kegiatan metabolisme sel. Xilem disebut juga sebagai pembuluh kayu yang membentuk kayu pada batang. Trakeid dan trakea merupakan dua kelompok sel yang membangun pembuluh xilem. Kedua tipe sel berbentuk bulat panjang, berdinding sekunder dari lignin dan tidak mengandung kloroplas sehingga berupa sel mati. Perbedaan pokok antara keduanya, adalah pada trakeid tidak terdapat perforasi (lubang-lubang), hanya ada celah (noktah), berupa plasmodesmata yang menghubungkan satu sel dengan sel lainnya.
Sedangkan pada trakea terdapat perforasi pada bagian ujung-ujung  selnya. Transpor air dan mineral pada trakea berlangsung melalui perforasi ini, sedangkan pada trakeid berlangsung lewat noktah (celah) antar sel selnya. Sel-sel pembentuk trakea tersusun sedemikian rupa sehingga merupakan deretan sel memanjang (ujung bertemu ujung) membentuk pipa panjang (kapiler). Bentuk penebalan pada dinding trakea dapat berupa cincin spiral, atau jala.
2)        Floem
Floem tersusun atas beberapa tipe sel yang berbeda, yaitu buluh tapis, sel pengiring, parenkim, serabut, dan sklerenkim.
Floem juga dikenal sebagai pembuluh tapis, yang membentuk kulit kayu pada batang. Unsur penyusun pembuluh floem terdiri atas dua bentuk, yaitu: sel tapis (sieve plate) berupa sel tunggal dan bentuknya memanjang dan buluh tapis (sieve tubes) yang serupa pipa. Dengan bentuk seperti ini pembuluh tapis dapat menyalurkan gula, asam amino serta hasil fotosintesis lainnya dari daun ke seluruh bagian tumbuhan.                                                              
3.    Daun
Daun berbetuk bulat dengan ujung agak meruncing. Warna daun hijau cerah dan permukaannya diselimuti lapisan lilin. Permukaan daun halus. Tulang daun melengkung bersatu menuju tepi.


Daftar Pustaka
Smithsonian Marine Station at Pierce. Diunduh dari http://www.sms.si.edu/irlspec/Hydrilla_verticillata.htm pada tanggal 16 Oktober pukul 15.00
Prasetyo, Angga. 2012. Diunduh dari http://anggauncot.blogspot.com/2012/08/hydrilla-hydrilla-esthwaite-rumput-air.html pada tanggal 15 Oktober 2013 Pukul 19.20
Anonim. 2011. Diunduh dari http://novieutami.blogspot.com/2011/03/struktur-tumbuhan-plantae-dan-animalia.html pada tanggal 16 Oktober 2013 Pukul 16.30
Anonim. 2007. Diunduh dari http://www.weedscience.ncsu.edu/aquaticweeds/hydrilla.PDF pada hari tanggal 16 Oktober 2013  jam 16:50
Anonim. 2012. Diunduh dari http://biologitumbuhanlahanbasah.blogspot.com/2012/10/eceng-gondok-eichhornia-crassipes.html pada tanggal 13 Oktober 2013 Pukul 18.30
Bluspy. 2018. Diunduh dari http://uchi11sm-bluspy.blogspot.com/2008/01/eceng-gondok-tumbuhan-pengganggu-yang.html pada 13 Oktober 2013 pukul 19.00
Lidho, Lidha. 2011. Diunduh dari http://lidhakireii.blogspot.com/2011/01/laporan-praktikum-biologi-dasar_1551.html pada tanggal 14 Oktober 2013 15.40
WS, Don dkk. 2000. Tanaman Air. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Kimball, John W. 1998. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Gembong, Tjitrosoepomo. 1987. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Pers.


No comments:

Post a Comment