Hydrilla sp.
Bedasarkan
literatur, klasifikasi ilmiah tumbuhan Hydrilla yaitu
Kingdom :
Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo :
Hydrocharitales
Famili :
Hydrocharitaceae
Genus :
Hydrilla
Spesies :
Hydrilla verticillata
Hydrilla (Esthwaite rumput air atau Hydrilla)
adalah genus tanaman air, biasanya hanya satu spesies, Hydrilla verticillata,
meskipun beberapa ahli botani membaginya dalam beberapa spesies. Sinonim
termasuk H. asiatica , H. asiatica, H. japonica , H. japonica, H. lithuanica
, H. lithuanica, dan H. ovalifolica . ovalifolica. Tumbuhan
ini asli dan hidup di perairan hangat hingga dingin dari Asia , Eropa , Afrika
dan Australia , dan tersebar; di Eropa, dilaporkan dari Irlandia , Britania
Raya , Jerman , dan Amerika Baltik , dan di Australia dari Northern Territory ,
Queensland , dan New South Wales . (Anonim a. 2006)
1. Akar
Dari hasil observasi ditemukan akar Hydrilla di substrat dan tumbuh ke permukaan air.
Akar Hydrilla berbentuk halus, kecil, dan berwarna putih ke orange.
2. Batang
Dari hasil observasi ditemukan batang Hydrilla memiliki
warna hijau. Panjang batang Hydrilla dapat tumbuh
hingga 30 kaki. Masing - masing batang
dapat menghasilkan sampai 15 rimpang . Batang
memiliki diameter sekitar 1/20 ke 1/8
inci dan memiliki panjang sampai 18 meter. Dua sampai delapan cabang terbentuk
pada setiap node. Pada ruas (bagian dari batang antara node) yang lebih panjang
(sekitar 4 inci atau lebih) dekat
pangkal batang dan menjadi lebih pendek (kurang dari 1 inci) sebagai batang
mendekati permukaan. Cabang batang mendekat ke permukaan air dan menyebar secara horizontal.
3. Daun
Dari hasil observasi ditemukan daun Hydrilla sp. memiliki
daun berwarna hijau dan tipis. Daunnya sempit memanjang dengan panjang 1,6 cm.
Setiap tiga sampai empat helai daun tumbuh terkonsentrasi membentuk ruas-ruas
pada batang. Jarak antar ruas semakin ke ujung batangnya jarang dan semakin
rapat, terutama pada area 4 cm dari ujung batang. Susunan daun Hydrilla adalah
tunggal, tepi daunnya bergerigi. Ciri tangkai dari Hydrilla adalah tangkainya
lurus, mempunyai sedikit cabang, diameter tangkai 0,1 cm. Warna tangkai hijau
dan licin karena mempunyai lapisan lilin.
Berdasarkan teori struktur anatomi daun Hydrilla yaitu
pada bagian tepi jaringan tersebut. Nampak ada bagian-bagian sel yang berbentuk
lancip, ini merupakan jaringan-jaringan yang tersusun dalam/atas sel-sel
Epidermis yang terdapat struktur tambahan yang merupakan derivate epidermis
yaitu trikomata (rambut daun).
(Mochamad, nasir.dkk.1993;21)
Trikomata ini menyerupai bentuk duri yang berada paling
luar suatu organ sehingga sesuai dengan fungsinya sebagai pelindung organ dalam
selain itu jaringan epidermis yang berfungsi untuk mengurangi kehilangkan air,
penyerapan air dan kehilangan air. Epidermis pada daun biasanya hanya selapis
sel saja yang tersusun rapat tanpa ruang antar sel.
Setelah dilakukan pengamatan di bawah mikroskop diperoleh
susunan sel berbentuk heksagonal panjang seperti susunan bata, di dalamnya
terdapat bintik-bintik berwarna hijau yang disebut kloroplas. Hydrilla memiliki kloroplas istimewa, karena hidup di air yang
dalam. Pergerakan kloroplas di dalam sel Hydrilla disebut dengan siklosis.
Gerak yang terjadi pada kloroplas Hydrilla adalah gerak endonom, di mana gerak
edonom adalah gerak yang tidak diketahui penyebab luarnya. Gerak ini dikenal
pula sebagai gerak spontan, karena tumbuhan tersebut melakukan gerakan secara
spontan tanpa perlu adanya rangsangan dari luar.
Kloroplas pada Hydrilla jauh lebih besar dari pada
timbuhan darat lainnya. Itu disebabkan karena Hydrilla hidup di dalam air,
sehingga kloroplas yang besar tersebut berfungsi untuk menangkap cahaya
matahari yang lebih banyak untuk melakukan proses fotosintesis. Tumbuhan Hydrilla
tidak mempunya stomata, karena Hydilla hidup di dalam air, sehingga tidak
memerlukan oksigen dari luar.
Eceng Gondok
Bedasarkan literatur, klasifikasi ilmiah tumbuhan Eceng
Gondok yaitu
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub
divisi : Angiospermae
Kelas
: Monocotyledoneae
Suku : Pontederiaceae
Marga : Eichhornia
Jenis
: Eichornia crassipes
Di Indonesia,
tanaman Eichornia crassipes dikenal dengan nama Eceng Gondok.
Termasuk salah satu tanaman air yang populer di Indonesia. Awalnya didatangkan
dari Brazil oleh orang-orang Belanda sebagai tanaman hias. Tanaman yang mampu
berkembang pesat ini kemudian dianggap sebagai gulma air. Namun, kini banyak
dimanfaatkan sebagai filter air dari polusi logam-logam berat. Bahkan sudah dimanfaatkan sebagai
bahan kerajinan dan pakan ternak.
1. Akar
Berdasarkan observasi kelompok 2,
Eceng Gondok memiliki akar serabut. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada.
Menurut teori, akar Eceng Gondok menggantung dan berambut, tumbuh memanjang ke
dalam air. Eceng gondok mempunyai tudung akar yang mencolok. Akarnya
memproduksi sejumlah besar akar lateral, yaitu 70 buah/cm. Akar
menunjukkan variasi yang kecil dalam ketebalan, tetapi panjangnya bervariasi
mulai dari 10 – 300 cm. Sistem perakaran eceng gondok pada umumnya lebih dari
50% dari seluruh biomassa tumbuhan, tetapi perakarannya kecil apabila tumbuh
dalam lumpur. Tumbuhan yang tumbuh pada limbah domestik mencapai tinggi sampai
75 cm, tetapi sistem perakarannya pendek (Wakefield, 1962). Sumber lain
menjelaskan bahwa eceng gondok yang tumbuh pada air yang kaya akan unsur hara
mempunyai petiole (batang) yang panjangnya lebih dari 100 cm, tetapi akarnya
pendek yaitu kurang dari 20 cm (Bagnall et al.,1974).
Bulu-bulu
akar yang berserabut berfungsi untuk
pegangan atau jangkar tanaman. Peranan akar eceng gondok lebih pada
kemampuannya dalam menyerap zat-zat yang diperlukan di dalam air. Pada ujung
akar terdapat kantung akar yang mana di bawah sinar matahari akan berwarna
merah, susunan akarnya dapat mengumpulakan lumpur atau partikel-partikel zat
yang terlarut dalam air. Eceng gondok mempunyai zat humat yang bisa menghasilkan senyawa fitohara dan
mampu mempercepat akar tanaman.
2. Tangkai
Tangkai eceng gondok menggembung, di
dalam gembungannya tersebut terdapat udara yang berfungsi membantu pengapungan
tanaman pada permukaan air. Udara yang terdapat di dalam rongga
udara ini diperoleh dari hasil fotosintesis. Menurut Pandey ( 1980 ) Rongga
udara selain sebagai alat pengapungan juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan
oksigen dari proses fotosintesis. Oksigen ini digunakan untuk respirasi
tumbuhan di malam hari dengan menghasilkan karbondioksida yang akan terlepas ke
dalam air.
Dari hasil
observasi Eceng gondok mempunyai tangkai daun lunak, berwarna hijau, dan menggembung pada bagian pangkal sampai ke
tengah dan mengecil sampai ke pangkal daun. Struktur morfologi ini sangat
berbeda dengan struktur morfologi tangkai daun tumbuhan lain yang tidak
mengapung diair. Perbedaan ini disebabkan oleh penyesuaian diri (adaptasi
morfologi) terhadap fungsi dan lingkungannya, yaitu berfungsi sebagai pelampung
dihabitatnya (daerah perairan).
Struktur anatomis batang eceng gondok yang diamati adalah
penampang melintang melalui mikroskop dengan perbesarn 0,1 kali. hasil
pengamatan menggunakan mikroskop sesuai dengan gambar berikut:
3 2 1
Keterangan : 1. Jaringan Epidermis
2. Jaringan Parenkim
3.
Jaringan Pengangkut
Berdasarkan gambar tersebut dapat
diketahui bahwa struktur anatomis batang Eceng gondok terdiri dari beberapa
jaringan penyusun organnya. Jaringan penyusun tersebut berupa jaringan
epidermis, jaringan dasar (parenkim),
dan jaringan pengangkut (xylem dan floem).
a.
Jaringan Epidermis
Epidermis merupakan jaringan paling
luar yang menutupi permukaan organ tumbuhan.
Fungsi utama jaringan epidermis adalah sebagai pelindung jaringan yang
ada di bagian sebelah dalam. Ciri khas sel epidermis adalah sel-selnya rapat satu
sama lain membentuk bangunan padat tanpa ruang antar sel.
b.
Jaringan Parenkim
Jaringan parenkim yang nampak pada
penampang melintang batang Eceng gondok didominasi oleh jaringan aerenkim.
Jaringan aerenkim merupakan jaringan parenkim yang ruang antar selnva besar,
sel- sel penyusunnya bulat, dan banyak rongga udara diantara sel-sel
penyusunnya. Jaringan aerenkim pada batang eceng gondok ini nampak seperti
spons yang berongga.
Tangkai daun Eceng Gondok
menggembung dikarenakan secara anatomis jaringan parenkim batangnya mempunyai
rongga-rongga udara yang disebut jaringan aerenkim atau jaringan parenkim
udara. Hal ini dikarenakan rongga-rongga berisi udara tersebut digunakan untuk
meringankan tubuh tumbuhan (Eceng Gondok). Fungsi dari struktur ini adalah
untuk mengapung di permukaan air sesuai dengan habitatnya yaitu di lingkungan
berair. Berbeda dengan tangkai daun tumbuhan yang hidup di permukaan tanah yang
secara umum tangkai daunnya padat berisi jaringan-jaringan yang tidak menyimpan
atau mengandung udara. Justru jaringan parenkimnya kebanyakan mengandung
cadangan makanan dan air, dan tentu saja tidak menggembung seperti eceng
gondok. Bentuk tangkai daun atau batang tanaman Eceng Gondok ini merupakan
adaptasi morfologi.
c.
Jaringan Pengangkut
Jaringan pengangkut terdiri atas
sel-sel xilem dan floem, yang membentuk berkas pengangkut (berkas vaskuler).
Xilem berperan mengangkut air dan mineral dari dalam tanah ke daun, sedangkan
floem berfungsi mengedarkan hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian
tumbuhan.
1)
Xilem
Xilem merupakan
jaringan kompleks karena tersusun dari beberapa tipe sel yang berbeda. Penyusun
utamanya adalah trakeid dan trakea sebagai saluran pengangkut air dengan
penebalan dinding sel yang cukup tebal sekaligus berfungsi sebagai penyokong.
Xilem juga tersusun atas serabut, sklerenkim, serta sel-sel parenkim yang hidup
dan berperan dalam berbagai kegiatan metabolisme sel. Xilem disebut juga
sebagai pembuluh kayu yang membentuk kayu pada batang. Trakeid dan trakea
merupakan dua kelompok sel yang membangun pembuluh xilem. Kedua tipe sel
berbentuk bulat panjang, berdinding sekunder dari lignin dan tidak mengandung
kloroplas sehingga berupa sel mati. Perbedaan pokok antara keduanya, adalah
pada trakeid tidak terdapat perforasi (lubang-lubang), hanya ada celah
(noktah), berupa plasmodesmata yang menghubungkan satu sel dengan sel lainnya.
Sedangkan pada
trakea terdapat perforasi pada bagian ujung-ujung selnya. Transpor air dan mineral pada trakea
berlangsung melalui perforasi ini, sedangkan pada trakeid berlangsung lewat
noktah (celah) antar sel selnya. Sel-sel pembentuk trakea tersusun sedemikian
rupa sehingga merupakan deretan sel memanjang (ujung bertemu ujung) membentuk
pipa panjang (kapiler). Bentuk
penebalan pada dinding trakea dapat berupa cincin spiral, atau jala.
2)
Floem
Floem tersusun atas beberapa tipe
sel yang berbeda, yaitu buluh tapis, sel pengiring, parenkim, serabut, dan
sklerenkim.
Floem juga dikenal sebagai pembuluh
tapis, yang membentuk kulit kayu pada batang. Unsur penyusun pembuluh floem
terdiri atas dua bentuk, yaitu: sel tapis (sieve plate) berupa sel tunggal dan
bentuknya memanjang dan buluh tapis (sieve tubes) yang serupa pipa. Dengan
bentuk seperti ini pembuluh tapis dapat menyalurkan gula, asam amino serta
hasil fotosintesis lainnya dari daun ke seluruh bagian tumbuhan.
3. Daun
Daun berbetuk bulat dengan ujung
agak meruncing. Warna daun hijau cerah dan permukaannya diselimuti
lapisan lilin. Permukaan daun halus. Tulang daun melengkung bersatu menuju
tepi.
Daftar Pustaka
Smithsonian Marine Station at Pierce. Diunduh dari http://www.sms.si.edu/irlspec/Hydrilla_verticillata.htm pada tanggal 16 Oktober pukul 15.00
Prasetyo, Angga. 2012. Diunduh dari http://anggauncot.blogspot.com/2012/08/hydrilla-hydrilla-esthwaite-rumput-air.html pada tanggal 15 Oktober 2013 Pukul 19.20
Anonim. 2011. Diunduh dari http://novieutami.blogspot.com/2011/03/struktur-tumbuhan-plantae-dan-animalia.html pada tanggal 16 Oktober 2013 Pukul 16.30
Anonim.
2007. Diunduh dari http://www.weedscience.ncsu.edu/aquaticweeds/hydrilla.PDF pada hari tanggal 16 Oktober 2013 jam 16:50
Anonim. 2012.
Diunduh dari http://biologitumbuhanlahanbasah.blogspot.com/2012/10/eceng-gondok-eichhornia-crassipes.html pada tanggal
13 Oktober 2013 Pukul 18.30
Bluspy. 2018. Diunduh
dari http://uchi11sm-bluspy.blogspot.com/2008/01/eceng-gondok-tumbuhan-pengganggu-yang.html pada 13
Oktober 2013 pukul 19.00
Lidho, Lidha.
2011. Diunduh dari http://lidhakireii.blogspot.com/2011/01/laporan-praktikum-biologi-dasar_1551.html pada tanggal
14 Oktober 2013 15.40
WS, Don dkk. 2000. Tanaman Air. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama.
Kimball, John W. 1998. Biologi.
Jakarta: Erlangga.
Gembong, Tjitrosoepomo. 1987. Morfologi Tumbuhan.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Pers.
No comments:
Post a Comment