Garam
yang kita kenal sehari-hari adalah suatu kumpulan senyawa kimia dengan bagian
terbesar terdiri dari natrium klorida (NaCl) dengan pengotor terdiri dari
kalsium sulfat (gips)–CaSO4,
Magnesium sulfat (MgSO4), Magnesium klorida (MgCl2), dan
lain-lain (Sutrisnanto, 2001).
Kristalisasi merupakan suatu metode
untuk pemurnian zat dengan pelarut dan dilanjutkan dengan pengendapan. Dalam
kristalisasi senyawa organik dipengaruhi oleh pelarut. Pelarut kristalisasi
merupakan pelarut dibawa oleh zat terlarut yang membentuk padatan dan
tergantung dalam struktur kristal – kristal zat terlarut tersebut (Oxtoby,
2001).
Rekristalisasi merupakan suatu
pembentukan kristal kembali dari larutan atau leburan dari material yang ada. Sebenarnya rekristalisasi hanyalah
sebuah proses lanjut dari kristalisasi. Apabila kristalisasi (dalam hal ini
hasil kristalisasi) memuaskan rekristalisasi hanya bekerja apabila digunakan
pada pelarut pada suhu kamar, namun dapat lebih larut pada suhu yang lebih
tinggi. Hal ini bertujuan supaya zat tidak murni dapat menerobos kertas saring
dan yang tertinggal hanyalah kristal murni (Fessenden, 1983).
Rekristalisasi
merupakan salah satu cara pemurnian zat padat yang jamak digunakan, dimana
zat-zat tersebut dilarutkan dalam suatu pelarut kemudian dikristalkan kembali.
Cara ini bergantung pada kelarutan zat dalam pelarut tertentu di kala suhu
diperbesar. Karena konsentrasi total impuriti biasanya lebih kecil dari
konsentrasi zat yang dimurnikan, bila dingin, maka konsentrasi impuriti yang
rendah tetapi dalam larutan sementara produk yang berkonsentrasi tinggi akan
mengendap (Day, R.A dan Underwood, 1999).
Kemudahan
suatu endapan dapat disaring dan dicuci tergantung sebagian besar pada struktur
morfologi endapan, yaitu bentuk dan ukuran-ukuran kristalnya. Semakin besar
kristal-kristal yang terbentuk selama berlangsungnya pengendapan, makin mudah
mereka dapat disaring dan mungkin sekali (meski tak harus) makin cepat
kristal-kristal itu akan turun keluar dari larutan, yang lagi-lagi akan
membantu penyaringan. Bentuk kristal juga penting. Struktur yang sederhana
seperti kubus, oktahedron, atau jarum-jarum sangat menguntungkan, karena mudah
dicuci setelah disaring. Kristal dengan struktur yang lebih kompleks, yang mengandung
lekuk-lekuk dan lubang-lubang, akan menahan cairan induk (mother liquid),
bahkan setelah dicuci dengan seksama. Dengan endapan yang terdiri dari
kristal-kristal demikian, pemisahan kuantitatif lebih kecil kemungkinannya bisa
tercapai (Svehla G, 1985).
Peristiwa
rekristalisasi berhubungan dengan reaksi pengendapan. Endapan merupakan zat
yang memisah dari satu fase padat dan keluar ke dalam larutannya. Endapan
terbentuk jika larutan bersifat terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan.
Kelarutan suatu endapan merupakan konsentrasi molal dari larutan jenuhnya.
Kelarutan bergantung dari suhu, tekanan, konsentrasi bahan lain yang terkandung
dalam larutan dan komposisi pelarutnya (Tony Bird, 1987).
Selama
pengendapan ukuran kristal yang terbentuk, tergantung terutama pada dua faktor
penting yaitu laju pembentukan inti (nukleasi) dan laju pertumbuhan kristal.
Jika laju pembentukan inti tinggi, banyak sekali kristal akan terbentuk, dan
terbentuk endapan yang terdiri dari partikel-partikel kecil. Laju pembentukan
inti tergantung pada derajat lewat jenuh dari larutan. Makin tinggi derajat
lewat jenuh, makin besarlah kemungkinan untuk membentuk inti baru, jadi makin
besarlah laju pembentukan inti (Keenan, 1992).
Prose-proses
rekristalisasi (Cahyono,
1998) adalah sebagai berikut :
1.
Pendinginan
Larutan
yang akan dikristalkan didinginkan sampai terbentuk kristal pada larutan
tersebut. Metode ini digunakan untuk zat yang kelarutan mengecil bila suhu
diturunkan. Pendinginan dilakukan 2x yaitu pendinginan larutan panas sebelum
penyaringan dan pendinginan sesudah
penguapan.
2.
Penguapan
Solvent
Larutan yang dikristalkan merupakan senyawa campuran
antara solven dan solut. Setelah dipanaskan maka solven menguap dan yang
tertinggal hanya kristal. Metode ini digunakan bila penurunan suhu tidak begitu
mempengaruhi kelarutan zat pada pelarutnya.
Penguapan bertujuan untuk menghilangkan
atau meminimalizir solvent atau zat pelarut sisa yang terdapat pada filtrat.
3.
Evaporasi
Adiabatis
Metode ini digunakan dalam ruang vakum, larutan dipanaskan, dimasukkan
dalam tempat vakumyang mana tekanan total lebih rendah dari tekanan uap
solvennya. Pada suhu saat
larutan dimasukkan ke ruang vakum solven akan menguap dengan cepat dan
penguaapan itu akan menyebabkan pendinginan secara adiabatis.
4.
Salting
Out
Prinsipnya
adalah menambah suatu zat untuk mengurangi zat yang akan dikristalkan.
Pengeluaran garam dari larutan dengan zat baru ke dalam larutan bertujuan
menurunkan daya larut solven terhadap suhu pada pengatur tersebut. Peningkatan
harga k, jika kedalam suatu larutan ditambah dengan zat elektrolit.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi kecepatan pembentukan kristal (Handojo,
1995) adalah :
1. Derajat lewat jenuh
2. Jumlah inti yang ada, atau luas permukaan
total dari kristal yang ada
3. Pergerakan antara larutan dan kristal
4. Viskositas larutan
5. Jenis serta banyaknya pengotor
Langkah-langkah melakukan kristalisasi (Fessenden,
1983) yaitu :
1. Melarutkan zat pada pelarut
2. Melakukan filtrasi gravity
3. Mengambil kristal zat terlarut
4. Mengumpulkan kristal dengan filtrasi
vacum
5. Mengeringkan kristal
Kristal
garam dapur berbentuk kubus, karena NaCl mengkristal dengan kisi kubus. Ionnya
terletak pada tapak kisi yang ada diantara sesama terutama bersifat
elektrostatik, karena gaya elektrostatiknya kuat maka kristal NaCl memiliki
energi yang besar. Kristal NaCl relatif keras, bila terkena pukulan cenderung
berantakan, sebab bidang-bidang ion selalu bergeser, bergerak dari keadaan
tarik-menarik menjadi tolak-menolak (Brady, 1992).
Bird,
Tony. 1987. Kimia Fisik untuk Universitas. Jakarta: Gramedia
Brady, J. E. 1992. Kimia Universitas Asas dan Srtuktur.
Jakarta :
Binarupa Aksara.
Cahyono, Bambang. 1998. Segi Praktis dan Metode
Pemisahan Senyawa Organik. Semarang: UNDIP Press.
Day, R.A. & Underwood, A.L. 1999. Analisis Kimia
Kuantitatif Edisi 6. Jakarta : Erlangga.
Fessenden
R. J dan J. S Fessenden. 1983.
Kimia Organik Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Handojo, Lienda.1995. Teknologi Kimia. Jakarta :
PT Pradya Paramita
Keenan,W. Charles. 1992. Kimia Untuk Universitas Jilid
1. Jakarta : Erlangga.
Oxtoby, D.W. 2001. Kimia Modern. Jakarta :
Erlangga.
Svehla, G. 1985. Kimia Analisis. Jakarta : PT.
Kalman Media Pusaka.
No comments:
Post a Comment