Friday, December 6, 2013

#1



Dulu ada hal yang membuatku tak suka padamu dan selalu mengacuhkanmu. Aku masih ingat jelas. Waktu itu abis libur lebaran, saling minta maaf di kelas. Saat aku mengulurkan tanganku padamu, apa yang kau ucap?
“Sudah gak usah salaman. Gini aja cukup,” dia menyatukan tangannya dan mengangkat ke depan dada,”Sudah ku maafkan.”
Jedeerrrr….aku seperti tersambar petir. Kamu mau bikin aku malu ya? Tega-teganya kau melakukan itu padaku. Sejak kejadian itu aku jadi berpikir dua kali saat akan menyalami orang. Untung itu cuma di depan kelas, kalau di depan umum bagaimana jadinya tuh. Udah pasti aku bakal pingsan di tempat. Hah, mulai lebay. Sekarang aku memang lebay saat membicarakanmu.
Hal lain yang dulu bikin aku sebel sama kamu tak lain dan tak bukan adalah iri. Kamu selalu mendapat nilai matematika lebih baik dariku. Apalagi saat ujian aku tanya kamu, bukannya kasih contekan malah menjawab dengan dua bahasa isyarat.  Mengangguk atau nggedeg. Emang dasar kamu pelit atau jujur? Wah, sulit dibedakan. Beti sih, beda-beda tipis.
Selain itu, guru Sejarah lebih suka milih kamu sih. Setiap aku mau jawab, kamu mulu yang ditunjuk. Terus aku kapan dong? Masa kalau gak ada yang mau jawab baru aku yang ditunjuk.
Ada yang bikin jengkel, tapi ada juga yang bikin seneng. Saat pelajaran aku sering minta permen ke kamu. Halah, cuma permen eh…paling seratus rupiah doang. Biarpun seratus rupiah, permen pemberianmu sangat berarti saat itu. Alasan pertama dan terakhir ya karena lumayan mengusir kantuk 5 menit. Hhehe..
Awalnya aku tak pernah membayangkan kita bisa sedekat ini. Kamu yang dulunya sangat ku benci menjadi sangat ku suka. Caramu melihatku, caramu bicara padaku, caramu mengirim pesan singkat, dan everything. Sekarang kamu selalu menunduk saat melihatku. Kamu hemat kata, tepatnya hanya bicara saat perlu dan mendesak. Kamu cuek bebek. Meski begitu, aku sangat suka membaca pesanmu berulang kali. Bahkan di tengah malam saat ku terbangun dari tidur, aku selalu membaca pesanmu lagi dan lagi. Yah, membuatku tertawa geli ditengah keheningan malam. Mungkin kata-katamu tak sepuitis pujangga, tapi itu teramat spesial di hatiku. Seperti kamu yang kini tlah menempatkan diri di barisan terdepan di hatiku. Gila ya! Tak pernah aku sefrontal ini. Kamu yang memaksaku begini.
“Aku memang gak seperti mereka yang mudah akrab dengan siapapun. Aku kan kaku seperti batu,” aku membaca pesannya.
Aku tertawa. Kamu memang gokil. Kamu selalu bisa membuatku tertawa meski hanya sms sesederhana itu.
“Bukan batu tapi es :p,” aku membalasnya.
Kalau kamu batu, aku bingung harus jadi apa. Hujan pun butuh waktu lama untuk bisa melapukkan batu. Kita beda dan aku harus mencari sesuatu untuk menggambarkan kita. Jadi kamu es aja ya, hhehe. Kalau kamu es, aku kan jadi api yang akan mencairkan kerasnya hatimu. Aku juga akan mencairkan sisi gelapmu. Intinya aku akan berusaha bagaimanapun caranya untuk memenangkan hatimu.
Sejak aku deket sama kamu, aku jadi semangat belajar. Awalnya gak bisa matematika, sekarang sudah lumayan. Awalnya paling males sama yang namanya belajra, sekarang tiap hari belajar. Pokoknya kamu jadi motivasi aku banget deh. Tapi kamu gak tau kan, aku lakuin semua ini biar kamu bangga. Meski kamu belum melihatnya, aku yakin suatu saat kamu pasti mengetahuinya.


No comments:

Post a Comment