Kini
KKM atau Kriteria Ketuntasan Minimal menjadi patokan untuk menilai siswa.
Banyak sekolah yang menerapkan nilai KKM yang tinggi. Tak heran, untuk
mendapatkan nilai baguspun bukan hal yang sulit. Apalagi kini banyak sekolah
yang tak segan memberikan nilai sangat tinggi kepada siswanya. Kondisi ini
membuat siswapun merasa santai. Mereka berpikir, kenapa harus ngoyo, toh
pasti nilai sudah di atas KKM. Hal tersebut menyebabkan para siswa malas
belajar dan cenderung leh-leh luweh. Padahal kenyataannya, untuk
mendapatkan nilai KKM, misal 75 untuk mata pelajaran eksak itu tak mudah. Saat
ulangan harian atau ulangan semesteran, tak sedikit siswa yang mendapat nilai
dibawah KKM. Bahkan, siswa yang mendapat nilai diatas KKM pun bisa dihitung
dengan jari. Akan tetapi, kalau melihat hasil dalam rapor, tentu sangat jauh
berbeda dengan nilai asli. Untuk mendapat nilai 90 itu sangat mudah
Tahun
ini, penerimaan mahasiswa baru 50% melalui jalur nilai rapor atau SNMPTN. Beruntunglah
untuk siswa-siswa di sekolah yang berani memberikan nilai tinggi. Mereka sudah
sedikit lebih menang daripada sekolah yang menetapkan nilai KKM rendah. Padahal
belum tentu nilai tersebut asli. Memang naas benar untuk siswa di sekolah
berKKM rendah. Kemampuan mereka belum tentu dibawah, tetapi harus menerima
kenyataan untuk kalah nilai. Tak jarang beberapa sekolah merubah rapor dari
awal untuk memperbaiki nilai siswa yang fluktuatif agar cenderung stabil atau
naik. Hal ini karena dimungkinkan penerimaan SNMPTN lebih melihat dari nilai
yang grafiknya naik. Inilah wajah pendidikan Indonesia yang perlu dibenahi.
No comments:
Post a Comment