Monday, January 19, 2015

makalah Sosio-Antropologi Pendidikan



MAKALAH SOSIO-ANTROPOLOGI PENDIDIKAN
MEMBANGUN BUDAYA SEKOLAH BERBASIS KEPEMIMPINAN



Oleh :
Sarah Rahmawati                    13312241043

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2014

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
Banyak orang yang menganggap bahwa pemimpin adalah seseorang yang mempunyai jabatan paling tinggi dalam suatu pemerintahan, organisasi, atau kelompok. Padahal, sesungguhnya setiap orang memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi seorang pemimpin. Misalnya saja, seorang laki-laki adalah pemimpin rumah tangganya kelak. Selain itu, setiap individu merupakan pemimpin bagi dirinya sendiri.
Potret kepemimpinan di Indonesia sangat beragam. Dewasa ini, pemimpin merupakan unsur yang sangat penting dalam keberlangsungan suatu organisasi, dalam hal ini adalah negara. Jika negara mempunyai pemimpin yang korup, diktaktor, dan tidak bermoral, tentunya akan berdampak negatif pada negara tersebut. Pemimpin merupakan hal pokok yang dapat mempengaruhi lingkungan di sekitarnya. Krisis kepemimpinan di Indonesia dari tahun ke tahun semakin menurun kualitasnya. Oleh karena itu, diperlukan suatu pengetahuan tentang kepemimpinan yang baik.
Dalam hal ini, sekolah menjadi salah satu tempat yang diyakini sebagai pembentuk moral karakter bangsa dan wadah pembentukan karakter pemimpin yang baik. Budaya sekolah berbasis kepemimpinan akan membantu siswa sebagai generasi penerus bangsa agar siap menjadi pemimpin yang berkarakter dan bermoral. Untuk itu penulis akan mengulas sedikit mengenai membangun budaya sekolah berbasis kepemimpinan.
B.  Rumusan Masalah
1.    Apakah yang dimaksud dengan budaya sekolah?
2.    Apa saja unsur-unsur budaya sekolah?
3.    Apakah manfaat pengembangan budaya sekolah?
4.    Apakah yang dimaksud dengan kepemimpinan?
5.    Apa arti penting budaya kepemimpinan di lingkungan sekolah?
6.    Bagaimana cara membangun budaya sekolah berbasis kepemimpinan?
C.  Tujuan
1.    Mengetahui pengertian budaya sekolah.
2.    Mengetahui unsur-unsur budaya sekolah.
3.    Mengetahui manfaat pengembangan budaya sekolah.
4.    Mengetahui pengertian kepemimpinan.
5.    Mengetahui arti penting budaya kepemimpinan di lingkungan sekolah.
6.    Mengetahui cara membangun budaya sekolah berbasis kepemimpinan.







BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.  Pengertian Budaya Sekolah
Budaya merupakan suatu pandangan hidup yang diakui bersama oleh suatu kelompok masyarakat yang mencakup cara berpikir, perilaku, sikap, nilai-nilai yang tercermin baik dalam wujud fisik maupun abstrak. Budaya ini juga dapat dilihat sebagai suatu perilaku, nilai-nilai, sikap hidup, dan cara hidup untuk melakukan penyesuaian dengan lingkungan dan scara untuk memandang persoalan dan memecahkannya (Zamroni, 2000:148). Oleh karena itu, budaya secara alami dapat diwariskan oleh satu generasi ke generasi selanjutnya. Sekolah merupakan salah satu wadah yang dirancang sebagai tempat untuk mewariskan budaya tersebut.
Pandangan tentang budaya sekolah sudah ada sejak beberapa tahun silam. Pada tahun 1932 misalnya, Willard Waller (Deal dan Peterson, 2009:8) menyatakan bahwa setiap sekolah mempunyai budayanya sendiri, yang berupa serangkaian nilai, norma, dan kebiasaan, yang telah membentuk perilaku dan hubungan-hubungan yang terjadi di dalamnya. Menurut Zamroni (2011:111) memberikan batasan bahwa budaya sekolah adalah pola nilai-nilai, prinsip-prinsip, tradisi-tradisi dan kebiasaan-kebiasaan yang terbentuk dalam perjalanan panjang sekolah, dikembangkan sekolah dalam jangka waktu yang lama dan menjadi pegangan serta diyakini oleh seluruh warga sekolah sehingga mendorong munculnya sikap dan perilaku warga sekolah.
Dengan demikian, budaya sekolah merujuk pada suatu sistem nilai, kepercayaan dan norma-norma yang diterima secara bersama, serta dilaksanakan dengan penuh kesadaran sebagai perilaku alami, yang dibentuk oleh lingkungan yang menciptakan pemahaman yang sama diantara seluruh unsur dan personel sekolah baik itu kepala sekolah, guru, staf/karyawan, siswa dan jika perlu membentuk opini masyarakat yang sama dengan sekolah. Budaya sekolah tidak hanya berpengaruh terhadap kegiatan warga sekolah, tetapi juga semangat dan motivasinya.
Pada awalnya budaya sekolah dibentuk dalam jaringan yang bersifat formal. Serangkaian nilai, norma, dan aturan ditentukan dan ditetapkan oleh pihak sekolah sebagai panduan warga sekolah dalam berpikir, bersikap, dan bertindak. Dalam perkembangannya, secara perlahan budaya sekolah ini akan tertanam melalui jaringan kultural yang informal dan menjadi identitas sekolah yang bersangkutan.
Budaya sekolah berkaitan erat dengan visi yang dimiliki oleh kepala sekolah tentang masa depan sekolah. Untuk membangun visi sekolah ini, perlu kolaborasi antara kepala sekolah, guru, orang tua, staf administrasi, dan tenaga profesional. Budaya sekolah akan baik apabila kepala sekolah dapat berperan sebagai model; mampun membangun kerja sama tim; belajar dari guru, staf, dan siswa; dan harus memahami kebiasaan yang baik untuk dikembangkan.
B.  Unsur Budaya Sekolah
Bentuk budaya muncul sebagai suatu fenomena yang unik dan menarik karena pandangan sikap, perilaku yang hidup dan berkembang dalam sekolah pada dasarnya mencerminkan kepercayaan dan keyakinan yang mendalam dan khas dari warga sekolah. Kebudayaan sekolah memiliki unsur-unsur seperti letak lingkungan dan prasarana fisik sekolah, kurikulum sekolah, sistem nilai, norma, peraturan, dan warga sekolah.
Unsur-unsur budaya sekolah jika ditinjau dari usaha peningkatan kualitas pendidikan  (Djemari Mardapi, 2003:28), sebagai berikut :
1.    Budaya sekolah yang positif
Budaya sekolah yang positif adalah kegiatan-kegiatan yang mendukung peningkatan kualitas pendidikan, misalnya kerja sama dalam mencapai prestasi, penghargaan terhadap prestasi, komitmen terhadap belajar, dan saling membantu antarwarga sekolah.
2.    Budaya sekolah yang negatif
Budaya sekolah yang negatif adalah kultur yang kontra terhadap peningkatan mutu pendidikan. Artinya resisten terhadap perubahan, misalnya dapat berupa : siswa takut salah, siswa malu bertanya, dan siswa jarang melakukan kerja sama dalam memecahkan masalah.
3.    Budaya sekolah yang netral
Budaya sekolah yang netral yaitu budaya yang tida berfokus pada satu sisi namun dapat memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan peningkatan mutu pendidikan. Hal ini berupa seragam guru, seragam siswa, dan lain-lain.
C.  Manfaat Pengembangan Budaya Sekolah
Ketika suatu sekolah mengembangkan budaya di sekolah tersebut, tentunya akan memberikan manfaat bagi sekolah maupun semua warga sekolah. Beberapa manfaat yang bisa diambil dari upaya pengembangan budaya sekolah, diantaranya :
1.    Menciptakan kebersamaan dan rasa saling memiliki yang tinggi
2.    Meningkatkan solidaritas dan rasa kekeluargaan
3.    Memperluas jaringan komunikasi
4.    Lebih terbuka dan transparan
Selain beberapa manfaat di atas, manfaat lain bagi individu dan kelompok adalah sebagai berikut :
1.    Pergaulan menjadi lebih akrab
2.    Disiplin meningkat
3.    Semangat belajar dan berprestasi makin tinggi
4.    Muncul keinginan untuk selalu berbuat proaktif
5.    Selalu ingin memberikan yang terbaik bagi sekolah, orang lain, dan diri sendiri
D.  Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah salah satu faktor yang menentukan kesuksesan. Setidaknya ada tiga macam alasan mengapa membutuhkan pemimpin, yaitu banyak orang yang memerlukan pemimpin, dalam beberapa kondisi perlu suatu pemimpin untuk mewakili kelompoknya, dan tempat meletakkan kekuasaan.
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Nurkholis (2003:153), dalam definisi secara luas kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, memperngaruhi untuk mempengaruhi kelompok dan budayanya.
Dengan demikian, kepemimpin memiliki unsur pemimpin yang memiliki pengaruh terhadap pengikutnya untuk mencapai tujuan bersama. Dalam kepemimpinan tersebut terdapat keinginan dari pemimpin untuk melakukan perubahan secara bertanggung jawab.
Gambar 1. Unsur-unsur Kepemimpinan
E.  Arti Penting Budaya Kepemimpinan di Lingkungan Sekolah
Kepemimpin dapat digali sejak usia dini. Sikap kepemimpinan itu telah ada di dalam diri anak, lingkungan dan kondisi yang mengelilingi anak tersebut akan yang membuat sifat kepemimpinan itu dapat berkembang sampai dewasa nanti. Banyak hal yang dapat dilakukan oleh orang-orang yang terlibat di sekitar kehidupan anak tersebut. Anak itu akan belajar dari orang tuanya, guru, maupun orang dewasa di sekitarnya.
Sikap kepemimpinan dapat dimulai sejak dini dari lingkungan sekolah. Sekolah tidak hanya menjadi tempat untuk mentransfer ilmu tetapi juga tempat pembentukan karakter. Dalam sekolah terjadi proses belajar mengajar.untuk mengembangkan budaya kepemimpinan.
Persoalan yang ada di sekolah adalah persoalan peserta didik yang sangat malu untuk dapat berdiri di depan kelas baik untuk memimpin teman-teman kelasnya, menyiapkan barisan sebelum masuk ke dalam kelas, memimpin teman-teman kelasnya menyanyikan lagu-lagu perjuangan, menjadi pemimpin upacara, bahkan ketika ditunjuk menjadi ketua kelas kebanyakan dari peserta didik bereaksi untuk menolak.  Bila diutarakan dengan orang tua mereka, hal itu juga bisa karena orang tua sendiri tidak dapat mengatasi akan sikap anaknya yang sangat pemalu atau tidak percaya diri, bahkan tidak bisa tampil untuk menjadi seorang pemimpin di antara teman-temannya.
Apabila kita mengenalkan dan mengajarkan dasar-dasar kepemimpinan kepada anak sejak usia dini, maka kita tidak perlu khawatir akan pertumbuhan karakter anak tersebut ketika menghapi masalah nantinya. Anak tersebut sudah mendapat bekal yang cukup sejak mereka masih kecil. Ketika dewasa nanti, anak tersebut dapat mengaplikasikan sikap kepemimpinan yang baik ketika ia memimpin dalam suatu organisasi.
Pentingnya membangun jiwa kepemimpinan adalah karena setiap individu mempunyai kemungkinan menjadi pemimpin bangsa yang sudah tidak diragukan lagi. Perlu penanaman jiwa ini dengan sangat kuat kepada diri individu. Maka dari itu usia dini merupakan usia dimana kita bisa efektif membiasakan perilaku pemimpin yang baik. Diharapkan dengan semakin terbiasa dengan keadaan tersebut maka pribadi individupun akan terbentuk dengan mudah.
Sekolah merupakan tempat paling ideal untuk penggemblengan moral mengingat tiap individu menghabiskan waktu 6 jam lebih di sekolah. Maka sekolah adalah alternatif menarik yang mampu untuk mewajibkan siswa mempunyai jiwa pemimpin untuk generasi penerus bangsa. Hal itu merupakan upaya mengingat kondisi kepemimpinan kita yang sekarang ini sering diperlihatkan dengan perilaku yang tidak baik. Misalnya pada pemerintahan yang korup dan tindak asusila yang pernah terjadi dikalangan pemimpin Indonesia.
F.   Membangun Budaya Sekolah Berbasis Kepemimpinan
Proses yang efektif untuk membangun budaya kepemimpinan di sekolah yaitu dengan melibatkan dan mengajak semua warga sekolah untuk membangun suatu komitmen yang kuat. Secara keseluruhan, peran yang dapat dimainkan oleh komponen warga sekolah adalah sebagai berikut :
1.    Kepala Sekolah
Peran kepala sekolah yang dimainkan dalam membangun budaya sekolah berbasis kepemimpinan memang sangat menentukan. Peran yang dimainkan oleh kepala sekolah yaitu dalam bentuk pembinaan secara terus-menerus dalam hal pemodelan, pengajaran, dan penguatan karakter yang baik. Kepala sekolah harus menjadi teladan bagi guru, staf/karyawan, dan siswa. Kepala sekolah harus melakukan komunikasi secara teratur dan berkesinambungan dengan warga sekolah demi terwujudnya budaya kepemimpinan di sekolah. Semangat yang dimiliki kepala sekolah untuk mewujudkan budaya kepemimpinan akan berpengaruh terhadap iklim yang akan tercipta di lingkungan sekolah.
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah dalam upaya membangun budaya kepemimpinan di sekolah adalah sebagai berikut :
a.    Berjuang dan berusaha sepenuh hati menjadi teladan yang baik bagi guru, staf/karyawan, dan siswa
b.    Memberikan dorongan moral kepada guru dan karyawan agar dapat menjadi teladan bagi siswa
c.    Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan tertentu yang sifatnya meningkatkan budaya kepemimpinan di sekolah, misalnya seminar dan training
2.    Guru
Guru mempersiapkan berbagai pilihan dan strategi untuk menanamkan budaya kepemimpinan ke dalam mata pelajaran yang diampunya. Guru dapat memilih cara-cara tertentu dalam proses pembelajarannya agar budaya kepemimpinan tersebut dapat tertanam dalam diri siswa. Dalam kegiatan pembelajarn guru dapat menentukan strategi agar setiap siswa memiliki kesempatan untuk menjadi pemimpin. Misalnya saja dalam kegiatan diskusi, guru mengajarkan siswa bagaimana cara menjadi pemimpin diskusi yang baik. Selain itu, guru juga dapat menjadi contoh atau model jiwa kepemimpinan bagi semua siswa. Guru dapat menjadi contoh baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
3.    Siswa
Siswa disini yang akan diarahkan agar dapat memiliki jiwa kepemimpinan yang baik dan bermoral. Pemahaman yang didapat siswa tersebut diharapkan akan menjadi bekal untuk kehidupan mendatang.
Aspek-aspek dalam membangun budaya kepemimpinan di sekolah yang harus ditanamkan secara kuat kepada siswa adalah sebagai berikut :
1.    Jujur
Kejujuran adalah sesuatu hal yang mahal harganya. Jujur begitu istimewa di antara kecurangan dan ketidakjujuran. Jujur adalah sebuah keberanian untuk mengungkapkan sesuatu sesuai dengan kondisi sebenarnya. Sifat jujur dapat ditanamkan dengan memberikan kepercayaan kepada anak. Misalnya dalam mengerjakan soal ulangan dan mengelola waktu yang dimiliki oleh siswa.
2.    Integritas
Integritas adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas yang diemban secara total dan tanggung jawab. Integritas dapat dilatih dalam komitmen mengerjakan tugas dengan jerih payahnya sendiri, pengerjaan tugas yang sebaik dan semaksimal mungkin, serta kemampuan untuk menahan godaan tidak melanggar hak orang lain.
3.    Adil
Sifat adil dapat ditumbuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Adil bukan berarti membagi sesuatu menjadi sama rata, melainkan membagi sesuatu sesuai dengan porsinya. Misalnya dalam suatu kegiatan bersih-bersih kelas, siswa dalam kelas itu harus membagi secara adil tugas-tugas yang akan dilakukan oleh masing-masing individu.
4.    Pemberani
Untuk menumbuhkan sifat pemberani, siswa harus diberikan tantangan terlebih dahulu. Misalnya memberikan kesempatan kepada siswa yang bersedia maju paling awal saat presentasi tugas, menawarkan kesempatan kepada siswa siapakah yang mau menjadi ketua kelas, atau saat pemilihan pemimpin upacara. Kegiatan tersebut dapat menumbuhkan keberanian dalam diri siswa saat melakukan tugasnya.
5.    Pembelajar
Sifat pembelajar dapat digali dengan menumbuhkan rasa ingin tau siswa melalui kegiatan sehari-hari. Misalnya ketika ada temannya yang menjelaskan sesuatu, siswa tersebut dapat bertanya untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas. Selain itu, dapat ditumbuhkan dengan menghargai pendapat dan saran orang lain. Dengan menghargai pendapat dan saran orang lain, siswa tersebut dapat belajar bagian mana yang ia masih salah atau belum tepat.
6.    Kerja sama
Kemampuan bekerja sama dengan orang lain sekaligus melakukan koordinasi tugas dengan teman satu tim merupakan salah satu bentuk kepemimpinan. Seorang pemimpin yang baik, tentunya akan menggunakan bahasa yang sopan dan tegas dalam menyampaikan perintah. Latihan bisa dilakukan bersama adik di rumah pada saat membereskan mainan yang dimainkan bersama. Di sekolah, anak bisa bergiliran menjadi pemimpin barisan atau pemimpin kelompok tugas. Dengan cara ini sudah menunjukan salah jalan menumbuhkan jiwa kepemimpinan pada anak.
Beberapa kegiatan yang bisa dilakukan untuk memumbuhkan karakter pemimpin di dalam kegiatan belajar di sekolah adalah sebagai berikut :
1.    Kebiasaan berdiskusi
Diskusi merupakan cara yang efektif untuk membentuk karakter berpendirian teguh dan melatih rasa ingin tahu. Semua orang berhak mengungkapkan pendapat saat berbicara. Jelas bahwa dalam diskusi dibutuhkan pengetahuan yang luas dan pendapat yang berbeda dengan yang lain. Seorang pemimpin diharapkan mempunyai pendapat yang berbeda dan mempunyai inovasi yang mengagumkan daripada yang lain.
2.    Kebiasaan disiplin
Disiplin merupakan sikap mental yang tecermin dalam perbuatan tingkah laku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa kepatuhan atau ketaatan terhadap peraturan, ketentuan, etika, norma dan kaidah yang berlaku. Pembiasaan disiplin perlu ditanamkan seseorang sejak dini. Jika pemimpin memiliki sikap displin yang tinggi, maka ia akan sangat disegani.
Kedisiplinan dapat dimasukan dalam rangkaian proses pembelajaran. Misalnya menyuruh anak untuk disiplin piket di kelas, disiplin dalam mengerjakan pekerjaan rumah dan tugas, disiplin berangkat ke sekolah dengan tepat waktu, disiplin belajar di rumah, dan lain-lain. Kekonsitenan untuk tidak telat dan senantiasa rajin adalah salah satu wujud disiplin.
3.    Melatih kecerdasan emosi
Kunci utama keberhasilan seseorang sesungguhnya adalah kecerdasan emosi. Melatih kecerdasan emosi sangat diperlukan apalagi ketika menjadi seorang pemimpin. Menurut Ary Ginanjar (2009:9), EQ (kecerdasan emosi) adalah kemampuan untuk merasa. Kecerdasan emosi adalah pada kejujuran pada suara hati. Suara hati itulah yang menjadi pusat prinsip yang mampu member rasa aman, pedoman, kekuatan serta kebijaksanaan.
Oleh karena perlu adanya motivasi tentang arti sebuah kejujuran dan prinsip yang teguh pada pribadi anak. Misalnya dengan memberi motivasi disela-sela KBM dan memberikan permainan kecil untuk membangun sifat tersebut.
Zohar dan Marshall mengemukakan beberapa indikator dari kecerdasan spiritual yang tinggi (Nana Syaodih Sukmadinata, 2005:98), yaitu :
a.    Kemampuan untuk menjadi fleksibel
b.    Derajat kesadaran yang tinggi
c.    Kecakapan untuk menghadapi dan menggunakan rangsangan
d.   Kecakapan untuk menghadapi dan menyalurkan/memindahkan rasa sakit
e.    Kualitas utnutk terilhami oleh visi dan niai
f.     Enggan melakukan hal yang merugikan
g.    Kecenderungan melihat hubungan antara hal yang berbeda keterpaduan
h.    Ditandai oleh kecenderugan untuk bertanya mengapa, mencari jawaban mendasar mandiri, menentang tradisi
BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
1.    Budaya sekolah merujuk pada suatu sistem nilai, kepercayaan dan norma-norma yang diterima secara bersama, serta dilaksanakan dengan penuh kesadaran sebagai perilaku alami, yang dibentuk oleh lingkungan yang menciptakan pemahaman yang sama diantara seluruh unsur dan personel sekolah baik itu kepala sekolah, guru, staf/karyawan, siswa dan jika perlu membentuk opini masyarakat yang sama dengan sekolah.
2.    Unsur-unsur budaya sekolah jika ditinjau dari usaha peningkatan kualitas pendidikan  yaitu :
a.    Budaya sekolah yang positif
b.    Budaya sekolah yang negatif
c.    Budaya sekolah yang netral
3.    Beberapa manfaat yang bisa diambil dari upaya pengembangan budaya sekolah, diantaranya :
a.    Menciptakan kebersamaan dan rasa saling memiliki yang tinggi
b.    Meningkatkan solidaritas dan rasa kekeluargaan
c.    Memperluas jaringan komunikasi
d.   Lebih terbuka dan transparan
4.    Kepemimpin memiliki unsur pemimpin yang memiliki pengaruh terhadap pengikutnya untuk mencapai tujuan bersama. Dalam kepemimpinan tersebut terdapat keinginan dari pemimpin untuk melakukan perubahan secara bertanggung jawab.
5.    Sekolah merupakan tempat paling ideal untuk penggemblengan moral mengingat tiap individu menghabiskan waktu 6 jam lebih di sekolah. Maka sekolah adalah alternatif menarik yang mampu untuk mewajibkan siswa mempunyai jiwa pemimpin untuk generasi penerus bangsa.
6.    Cara membangun budaya sekolah berbasis kepemimpinan
a.    Komponen yang berperan penting dalam membangun budaya sekolah berbasis kepemimpinan adalah kepala sekolah, guru, dan siswa.
b.    Aspek-aspek dalam membangun budaya kepemimpinan di sekolah yang harus ditanamkan secara kuat kepada siswa adalah jujur, integritas, adil, pemberani, pembelajar, dan kerja sama.
c.    Beberapa kegiatan yang bisa dilakukan untuk memumbuhkan karakter pemimpin di dalam kegiatan belajar di sekolah adalah kegiatan diskusi, kebiasaan displin, dan melatih kecerdasan emosi.
B.  Saran
Untuk membangun budaya sekolah berbasis kepemimpinan diperlukan kerja sama antar komponen warga sekolah agar terjalin hubungan yang harmonis.




DAFTAR PUSTAKA

Deal, Terrence E. dan Peterson, Kent D. 2009. Shaping School Culture : Pitfall, Paradoxes, and Promises. San Fransisco : Josses-Bass.
Ginanjar, Ary. 2009. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ. Jakarta : Arga.
Mardapi, Djemari. 2003. Pola Induk Sistem Hasil KBM Berbasis Kemampuan Dasar SMU : Pedoman Umum. Jakarta : Dirjen Dikdasmen.
Nurkholis. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah : Teori, Model, dan Aplikasi. Jakarta : Grasindo.
Zamroni. 2000. Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta : Bigraf Publishing.

No comments:

Post a Comment