MAKALAH SOSIO-ANTROPOLOGI PENDIDIKAN
MEMBANGUN BUDAYA SEKOLAH BERBASIS KEPEMIMPINAN
Oleh
:
Sarah
Rahmawati 13312241043
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN IPA
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
NEGERI YOGYAKARTA
2014
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Banyak orang yang menganggap bahwa pemimpin adalah
seseorang yang mempunyai jabatan paling tinggi dalam suatu pemerintahan,
organisasi, atau kelompok. Padahal, sesungguhnya setiap orang memiliki potensi
yang sangat besar untuk menjadi seorang pemimpin. Misalnya saja, seorang
laki-laki adalah pemimpin rumah tangganya kelak. Selain itu, setiap individu
merupakan pemimpin bagi dirinya sendiri.
Potret kepemimpinan di Indonesia sangat beragam. Dewasa
ini, pemimpin merupakan unsur yang sangat penting dalam keberlangsungan suatu
organisasi, dalam hal ini adalah negara. Jika negara mempunyai pemimpin yang
korup, diktaktor, dan tidak bermoral, tentunya akan berdampak negatif pada
negara tersebut. Pemimpin merupakan hal pokok yang dapat mempengaruhi
lingkungan di sekitarnya. Krisis kepemimpinan di Indonesia dari tahun ke tahun
semakin menurun kualitasnya. Oleh karena itu, diperlukan suatu pengetahuan
tentang kepemimpinan yang baik.
Dalam hal ini, sekolah menjadi salah satu tempat yang
diyakini sebagai pembentuk moral karakter bangsa dan wadah pembentukan karakter
pemimpin yang baik. Budaya sekolah berbasis kepemimpinan akan membantu siswa
sebagai generasi penerus bangsa agar siap menjadi pemimpin yang berkarakter dan
bermoral. Untuk itu penulis akan mengulas sedikit mengenai membangun budaya
sekolah berbasis kepemimpinan.
B. Rumusan Masalah
1.
Apakah yang dimaksud dengan budaya sekolah?
2.
Apa saja unsur-unsur budaya sekolah?
3. Apakah
manfaat pengembangan budaya sekolah?
4.
Apakah yang dimaksud dengan kepemimpinan?
5.
Apa arti penting budaya kepemimpinan di lingkungan
sekolah?
6.
Bagaimana cara membangun budaya sekolah berbasis
kepemimpinan?
C. Tujuan
1.
Mengetahui pengertian budaya sekolah.
2.
Mengetahui unsur-unsur budaya sekolah.
3.
Mengetahui manfaat pengembangan budaya sekolah.
4.
Mengetahui pengertian kepemimpinan.
5.
Mengetahui arti penting budaya kepemimpinan di lingkungan
sekolah.
6.
Mengetahui cara membangun budaya sekolah berbasis
kepemimpinan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Budaya
Sekolah
Budaya merupakan suatu pandangan hidup yang diakui
bersama oleh suatu kelompok masyarakat yang mencakup cara berpikir, perilaku,
sikap, nilai-nilai yang tercermin baik dalam wujud fisik maupun abstrak. Budaya
ini juga dapat dilihat sebagai suatu perilaku, nilai-nilai, sikap hidup, dan
cara hidup untuk melakukan penyesuaian dengan lingkungan dan scara untuk memandang
persoalan dan memecahkannya (Zamroni, 2000:148). Oleh karena itu, budaya secara
alami dapat diwariskan oleh satu generasi ke generasi selanjutnya. Sekolah
merupakan salah satu wadah yang dirancang sebagai tempat untuk mewariskan
budaya tersebut.
Pandangan tentang budaya sekolah sudah ada sejak beberapa
tahun silam. Pada tahun 1932 misalnya, Willard Waller (Deal dan Peterson,
2009:8) menyatakan bahwa setiap sekolah mempunyai budayanya sendiri, yang
berupa serangkaian nilai, norma, dan kebiasaan, yang telah membentuk perilaku
dan hubungan-hubungan yang terjadi di dalamnya. Menurut Zamroni (2011:111)
memberikan batasan bahwa budaya sekolah adalah pola nilai-nilai,
prinsip-prinsip, tradisi-tradisi dan kebiasaan-kebiasaan yang terbentuk dalam
perjalanan panjang sekolah, dikembangkan sekolah dalam jangka waktu yang lama
dan menjadi pegangan serta diyakini oleh seluruh warga sekolah sehingga
mendorong munculnya sikap dan perilaku warga sekolah.
Dengan demikian, budaya sekolah merujuk pada suatu sistem
nilai, kepercayaan dan norma-norma yang diterima secara bersama, serta
dilaksanakan dengan penuh kesadaran sebagai perilaku alami, yang dibentuk oleh
lingkungan yang menciptakan pemahaman yang sama diantara seluruh unsur dan
personel sekolah baik itu kepala sekolah, guru, staf/karyawan, siswa dan jika
perlu membentuk opini masyarakat yang sama dengan sekolah. Budaya sekolah tidak
hanya berpengaruh terhadap kegiatan warga sekolah, tetapi juga semangat dan
motivasinya.
Pada
awalnya budaya sekolah dibentuk dalam jaringan yang bersifat formal. Serangkaian
nilai, norma, dan aturan ditentukan dan ditetapkan oleh pihak sekolah sebagai
panduan warga sekolah dalam berpikir, bersikap, dan bertindak. Dalam
perkembangannya, secara perlahan budaya sekolah ini akan tertanam melalui
jaringan kultural yang informal dan menjadi identitas sekolah yang
bersangkutan.
Budaya
sekolah berkaitan erat dengan visi yang dimiliki oleh kepala sekolah tentang
masa depan sekolah. Untuk
membangun visi sekolah ini, perlu kolaborasi antara kepala sekolah, guru, orang
tua, staf administrasi, dan tenaga profesional. Budaya sekolah akan baik
apabila kepala sekolah dapat berperan sebagai model; mampun membangun kerja
sama tim; belajar dari guru, staf, dan siswa; dan harus memahami kebiasaan yang
baik untuk dikembangkan.
B. Unsur Budaya
Sekolah
Bentuk budaya
muncul sebagai suatu fenomena yang unik dan menarik karena pandangan sikap,
perilaku yang hidup dan berkembang dalam sekolah pada dasarnya mencerminkan
kepercayaan dan keyakinan yang mendalam dan khas dari warga sekolah. Kebudayaan
sekolah memiliki unsur-unsur seperti letak lingkungan dan prasarana fisik
sekolah, kurikulum sekolah, sistem nilai, norma, peraturan, dan warga sekolah.
Unsur-unsur budaya sekolah jika
ditinjau dari usaha peningkatan kualitas pendidikan (Djemari Mardapi, 2003:28), sebagai berikut :
1.
Budaya sekolah
yang positif
Budaya sekolah
yang positif adalah kegiatan-kegiatan yang mendukung peningkatan kualitas
pendidikan, misalnya kerja sama dalam mencapai prestasi, penghargaan terhadap
prestasi, komitmen terhadap belajar, dan saling membantu antarwarga sekolah.
2.
Budaya sekolah
yang negatif
Budaya sekolah
yang negatif adalah kultur yang kontra terhadap peningkatan mutu pendidikan.
Artinya resisten terhadap perubahan, misalnya dapat berupa : siswa takut salah,
siswa malu bertanya, dan siswa jarang melakukan kerja sama dalam memecahkan
masalah.
3.
Budaya sekolah
yang netral
Budaya sekolah
yang netral yaitu budaya yang tida berfokus pada satu sisi namun dapat
memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan peningkatan mutu
pendidikan. Hal ini berupa seragam guru, seragam siswa, dan lain-lain.
C. Manfaat Pengembangan
Budaya Sekolah
Ketika suatu sekolah mengembangkan budaya di sekolah
tersebut, tentunya akan memberikan manfaat bagi sekolah maupun semua warga
sekolah. Beberapa manfaat yang bisa diambil dari upaya pengembangan budaya
sekolah, diantaranya :
1.
Menciptakan kebersamaan dan rasa saling memiliki yang
tinggi
2.
Meningkatkan solidaritas dan rasa kekeluargaan
3.
Memperluas jaringan komunikasi
4.
Lebih terbuka dan transparan
Selain beberapa manfaat di atas, manfaat lain bagi
individu dan kelompok adalah sebagai berikut :
1.
Pergaulan menjadi lebih akrab
2.
Disiplin meningkat
3.
Semangat belajar dan berprestasi makin tinggi
4. Muncul
keinginan untuk selalu berbuat proaktif
5. Selalu
ingin memberikan yang terbaik bagi sekolah, orang lain, dan diri sendiri
D. Pengertian
Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah salah satu faktor yang menentukan kesuksesan.
Setidaknya ada tiga macam alasan mengapa membutuhkan pemimpin, yaitu banyak
orang yang memerlukan pemimpin, dalam beberapa kondisi perlu suatu pemimpin
untuk mewakili kelompoknya, dan tempat meletakkan kekuasaan.
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu
kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Nurkholis (2003:153), dalam
definisi secara luas kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan
tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan,
memperngaruhi untuk mempengaruhi kelompok dan budayanya.
Dengan demikian, kepemimpin memiliki unsur pemimpin yang
memiliki pengaruh terhadap pengikutnya untuk mencapai tujuan bersama. Dalam
kepemimpinan tersebut terdapat keinginan dari pemimpin untuk melakukan
perubahan secara bertanggung jawab.
Gambar 1. Unsur-unsur Kepemimpinan
E. Arti Penting Budaya
Kepemimpinan di Lingkungan Sekolah
Kepemimpin dapat digali sejak usia dini. Sikap
kepemimpinan itu telah ada di dalam diri anak, lingkungan dan kondisi yang
mengelilingi anak tersebut akan yang membuat sifat kepemimpinan itu dapat
berkembang sampai dewasa nanti. Banyak hal yang dapat
dilakukan oleh orang-orang yang terlibat di sekitar kehidupan anak tersebut. Anak
itu akan belajar dari orang tuanya, guru, maupun orang dewasa di sekitarnya.
Sikap
kepemimpinan dapat dimulai sejak dini dari lingkungan sekolah. Sekolah tidak
hanya menjadi tempat untuk mentransfer ilmu tetapi juga tempat pembentukan
karakter. Dalam sekolah terjadi proses belajar mengajar.untuk mengembangkan
budaya kepemimpinan.
Persoalan
yang ada di sekolah adalah persoalan peserta didik yang sangat malu untuk dapat
berdiri di depan kelas baik untuk memimpin teman-teman kelasnya, menyiapkan
barisan sebelum masuk ke dalam kelas, memimpin teman-teman kelasnya menyanyikan
lagu-lagu perjuangan, menjadi pemimpin upacara, bahkan ketika ditunjuk menjadi
ketua kelas kebanyakan dari peserta didik bereaksi untuk menolak. Bila diutarakan dengan orang tua mereka, hal
itu juga bisa karena orang tua sendiri tidak dapat mengatasi akan sikap anaknya
yang sangat pemalu atau tidak percaya diri, bahkan tidak bisa tampil untuk
menjadi seorang pemimpin di antara teman-temannya.
Apabila
kita mengenalkan dan mengajarkan dasar-dasar kepemimpinan kepada anak sejak
usia dini, maka kita tidak perlu khawatir akan pertumbuhan karakter anak
tersebut ketika menghapi masalah nantinya. Anak tersebut sudah mendapat bekal
yang cukup sejak mereka masih kecil. Ketika dewasa nanti, anak tersebut dapat
mengaplikasikan sikap kepemimpinan yang baik ketika ia memimpin dalam suatu
organisasi.
Pentingnya
membangun jiwa kepemimpinan adalah karena setiap individu mempunyai kemungkinan
menjadi pemimpin bangsa yang sudah tidak diragukan lagi. Perlu penanaman jiwa ini dengan sangat kuat kepada diri
individu. Maka dari itu usia dini merupakan usia dimana kita bisa efektif
membiasakan perilaku pemimpin yang baik. Diharapkan dengan
semakin terbiasa dengan keadaan tersebut maka pribadi individupun akan terbentuk
dengan mudah.
Sekolah
merupakan tempat paling ideal untuk penggemblengan moral mengingat tiap
individu menghabiskan waktu 6 jam lebih di sekolah. Maka sekolah adalah
alternatif menarik yang mampu untuk mewajibkan siswa mempunyai jiwa pemimpin
untuk generasi penerus bangsa. Hal itu merupakan upaya mengingat kondisi
kepemimpinan kita yang sekarang ini sering diperlihatkan dengan perilaku yang
tidak baik. Misalnya pada
pemerintahan yang korup dan tindak asusila yang pernah terjadi dikalangan
pemimpin Indonesia.
F.
Membangun Budaya Sekolah Berbasis Kepemimpinan
Proses yang efektif untuk membangun budaya kepemimpinan
di sekolah yaitu dengan melibatkan dan mengajak semua warga sekolah untuk
membangun suatu komitmen yang kuat. Secara keseluruhan, peran yang dapat
dimainkan oleh komponen warga sekolah adalah sebagai berikut :
1.
Kepala Sekolah
Peran kepala sekolah yang dimainkan dalam membangun
budaya sekolah berbasis kepemimpinan memang sangat menentukan. Peran yang
dimainkan oleh kepala sekolah yaitu dalam bentuk pembinaan secara terus-menerus
dalam hal pemodelan, pengajaran, dan penguatan karakter yang baik. Kepala
sekolah harus menjadi teladan bagi guru, staf/karyawan, dan siswa. Kepala
sekolah harus melakukan komunikasi secara teratur dan berkesinambungan dengan
warga sekolah demi terwujudnya budaya kepemimpinan di sekolah. Semangat yang
dimiliki kepala sekolah untuk mewujudkan budaya kepemimpinan akan berpengaruh
terhadap iklim yang akan tercipta di lingkungan sekolah.
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan oleh kepala
sekolah dalam upaya membangun budaya kepemimpinan di sekolah adalah sebagai
berikut :
a.
Berjuang dan berusaha sepenuh hati menjadi teladan yang
baik bagi guru, staf/karyawan, dan siswa
b.
Memberikan dorongan moral kepada guru dan karyawan agar
dapat menjadi teladan bagi siswa
c.
Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan tertentu yang sifatnya
meningkatkan budaya kepemimpinan di sekolah, misalnya seminar dan training
2.
Guru
Guru mempersiapkan berbagai pilihan dan strategi untuk
menanamkan budaya kepemimpinan ke dalam mata pelajaran yang diampunya. Guru
dapat memilih cara-cara tertentu dalam proses pembelajarannya agar budaya
kepemimpinan tersebut dapat tertanam dalam diri siswa. Dalam kegiatan
pembelajarn guru dapat menentukan strategi agar setiap siswa memiliki
kesempatan untuk menjadi pemimpin. Misalnya saja dalam kegiatan diskusi, guru
mengajarkan siswa bagaimana cara menjadi pemimpin diskusi yang baik. Selain
itu, guru juga dapat menjadi contoh atau model jiwa kepemimpinan bagi semua
siswa. Guru dapat menjadi contoh baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
3.
Siswa
Siswa disini yang
akan diarahkan agar dapat memiliki jiwa kepemimpinan yang baik dan bermoral. Pemahaman
yang didapat siswa tersebut diharapkan akan menjadi bekal untuk kehidupan
mendatang.
Aspek-aspek
dalam membangun budaya kepemimpinan di sekolah yang harus ditanamkan secara
kuat kepada siswa adalah sebagai berikut :
1. Jujur
Kejujuran
adalah sesuatu hal yang mahal harganya. Jujur begitu istimewa di antara
kecurangan dan ketidakjujuran. Jujur adalah sebuah keberanian untuk
mengungkapkan sesuatu sesuai dengan kondisi sebenarnya. Sifat jujur dapat
ditanamkan dengan memberikan kepercayaan kepada anak. Misalnya dalam
mengerjakan soal ulangan dan mengelola waktu yang dimiliki oleh siswa.
2. Integritas
Integritas adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas yang
diemban secara total dan tanggung jawab. Integritas dapat dilatih dalam
komitmen mengerjakan tugas dengan jerih payahnya sendiri, pengerjaan tugas yang
sebaik dan semaksimal mungkin, serta kemampuan untuk menahan godaan tidak
melanggar hak orang lain.
3. Adil
Sifat
adil dapat ditumbuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Adil bukan berarti membagi sesuatu menjadi sama rata,
melainkan membagi sesuatu sesuai dengan porsinya. Misalnya dalam suatu kegiatan
bersih-bersih kelas, siswa dalam kelas itu harus membagi secara adil
tugas-tugas yang akan dilakukan oleh masing-masing individu.
4. Pemberani
Untuk
menumbuhkan sifat pemberani, siswa harus diberikan tantangan terlebih dahulu. Misalnya
memberikan kesempatan kepada siswa yang bersedia maju paling awal saat
presentasi tugas, menawarkan kesempatan kepada siswa siapakah yang mau menjadi
ketua kelas, atau saat pemilihan pemimpin upacara. Kegiatan tersebut dapat
menumbuhkan keberanian dalam diri siswa saat melakukan tugasnya.
5. Pembelajar
Sifat pembelajar dapat digali dengan menumbuhkan rasa
ingin tau siswa melalui kegiatan sehari-hari. Misalnya ketika ada temannya yang
menjelaskan sesuatu, siswa tersebut dapat bertanya untuk mendapatkan informasi
yang lebih jelas. Selain itu, dapat ditumbuhkan dengan
menghargai pendapat dan saran orang lain. Dengan menghargai pendapat dan saran
orang lain, siswa tersebut dapat belajar bagian mana yang ia masih salah atau
belum tepat.
6. Kerja
sama
Kemampuan
bekerja sama dengan orang lain sekaligus melakukan koordinasi tugas dengan
teman satu tim merupakan salah satu bentuk kepemimpinan. Seorang pemimpin yang
baik, tentunya akan menggunakan bahasa yang sopan dan tegas dalam menyampaikan
perintah. Latihan bisa dilakukan bersama adik di rumah pada saat membereskan
mainan yang dimainkan bersama. Di sekolah, anak bisa bergiliran menjadi
pemimpin barisan atau pemimpin kelompok tugas. Dengan cara ini sudah menunjukan salah jalan menumbuhkan
jiwa kepemimpinan pada anak.
Beberapa kegiatan yang bisa dilakukan untuk memumbuhkan
karakter pemimpin di dalam kegiatan belajar di sekolah adalah sebagai berikut :
1.
Kebiasaan berdiskusi
Diskusi merupakan cara yang efektif untuk membentuk
karakter berpendirian teguh dan melatih rasa ingin tahu. Semua orang berhak
mengungkapkan pendapat saat berbicara. Jelas bahwa dalam diskusi dibutuhkan
pengetahuan yang luas dan pendapat yang berbeda dengan yang lain. Seorang
pemimpin diharapkan mempunyai pendapat yang berbeda dan mempunyai inovasi yang
mengagumkan daripada yang lain.
2.
Kebiasaan disiplin
Disiplin merupakan sikap mental yang tecermin dalam
perbuatan tingkah laku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa kepatuhan
atau ketaatan terhadap peraturan, ketentuan, etika, norma dan kaidah yang
berlaku. Pembiasaan disiplin perlu ditanamkan seseorang sejak dini. Jika
pemimpin memiliki sikap displin yang tinggi, maka ia akan sangat disegani.
Kedisiplinan dapat dimasukan dalam rangkaian proses pembelajaran.
Misalnya menyuruh anak untuk disiplin piket di kelas, disiplin dalam
mengerjakan pekerjaan rumah dan tugas, disiplin berangkat ke sekolah dengan
tepat waktu, disiplin belajar di rumah, dan lain-lain. Kekonsitenan untuk tidak
telat dan senantiasa rajin adalah salah satu wujud disiplin.
3.
Melatih kecerdasan emosi
Kunci utama keberhasilan seseorang sesungguhnya adalah
kecerdasan emosi. Melatih kecerdasan emosi sangat diperlukan apalagi ketika
menjadi seorang pemimpin. Menurut Ary Ginanjar (2009:9), EQ (kecerdasan emosi)
adalah kemampuan untuk merasa. Kecerdasan emosi adalah pada kejujuran pada
suara hati. Suara hati itulah yang menjadi pusat prinsip yang mampu member rasa
aman, pedoman, kekuatan serta kebijaksanaan.
Oleh karena perlu adanya motivasi tentang arti sebuah
kejujuran dan prinsip yang teguh pada pribadi anak. Misalnya dengan memberi
motivasi disela-sela KBM dan memberikan permainan kecil untuk membangun sifat
tersebut.
Zohar dan Marshall mengemukakan beberapa indikator dari
kecerdasan spiritual yang tinggi (Nana Syaodih Sukmadinata, 2005:98), yaitu :
a.
Kemampuan untuk menjadi fleksibel
b.
Derajat kesadaran yang tinggi
c.
Kecakapan untuk menghadapi dan menggunakan rangsangan
d.
Kecakapan untuk menghadapi dan menyalurkan/memindahkan
rasa sakit
e.
Kualitas utnutk terilhami oleh visi dan niai
f.
Enggan melakukan
hal yang merugikan
g.
Kecenderungan melihat hubungan antara hal yang berbeda
keterpaduan
h.
Ditandai oleh kecenderugan untuk bertanya mengapa,
mencari jawaban mendasar mandiri, menentang tradisi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Budaya sekolah merujuk pada suatu sistem nilai,
kepercayaan dan norma-norma yang diterima secara bersama, serta dilaksanakan
dengan penuh kesadaran sebagai perilaku alami, yang dibentuk oleh lingkungan
yang menciptakan pemahaman yang sama diantara seluruh unsur dan personel
sekolah baik itu kepala sekolah, guru, staf/karyawan, siswa dan jika perlu
membentuk opini masyarakat yang sama dengan sekolah.
2.
Unsur-unsur
budaya sekolah jika ditinjau dari usaha peningkatan kualitas pendidikan yaitu :
a.
Budaya sekolah
yang positif
b.
Budaya sekolah
yang negatif
c.
Budaya sekolah
yang netral
3.
Beberapa manfaat yang bisa diambil dari upaya
pengembangan budaya sekolah, diantaranya :
a.
Menciptakan kebersamaan dan rasa saling memiliki yang
tinggi
b.
Meningkatkan solidaritas dan rasa kekeluargaan
c.
Memperluas jaringan komunikasi
d.
Lebih terbuka dan transparan
4.
Kepemimpin memiliki unsur pemimpin yang memiliki pengaruh
terhadap pengikutnya untuk mencapai tujuan bersama. Dalam kepemimpinan tersebut
terdapat keinginan dari pemimpin untuk melakukan perubahan secara bertanggung
jawab.
5. Sekolah
merupakan tempat paling ideal untuk penggemblengan moral mengingat tiap
individu menghabiskan waktu 6 jam lebih di sekolah. Maka sekolah adalah
alternatif menarik yang mampu untuk mewajibkan siswa mempunyai jiwa pemimpin
untuk generasi penerus bangsa.
6.
Cara membangun budaya sekolah berbasis kepemimpinan
a.
Komponen yang berperan penting dalam membangun budaya sekolah
berbasis kepemimpinan adalah kepala sekolah, guru, dan siswa.
b.
Aspek-aspek dalam membangun budaya kepemimpinan di
sekolah yang harus ditanamkan secara kuat kepada siswa adalah jujur,
integritas, adil, pemberani, pembelajar, dan kerja sama.
c.
Beberapa kegiatan yang bisa dilakukan untuk memumbuhkan
karakter pemimpin di dalam kegiatan belajar di sekolah adalah kegiatan diskusi,
kebiasaan displin, dan melatih kecerdasan emosi.
B. Saran
Untuk membangun budaya sekolah berbasis kepemimpinan
diperlukan kerja sama antar komponen warga sekolah agar terjalin hubungan yang
harmonis.
DAFTAR
PUSTAKA
Deal,
Terrence E. dan Peterson, Kent D. 2009. Shaping School
Culture : Pitfall, Paradoxes, and Promises. San Fransisco : Josses-Bass.
Ginanjar,
Ary. 2009. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ. Jakarta
: Arga.
Mardapi, Djemari. 2003. Pola
Induk Sistem Hasil KBM Berbasis Kemampuan Dasar SMU : Pedoman Umum. Jakarta : Dirjen Dikdasmen.
Nurkholis.
2003. Manajemen Berbasis Sekolah : Teori, Model, dan Aplikasi. Jakarta :
Grasindo.
Zamroni.
2000. Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta : Bigraf Publishing.
No comments:
Post a Comment